Salah satu laporan di Nature mengungkapkan bahwa medan gravitasi Jupiter bersifat asimetris, yang berarti ada semacam ketidakseimbangan massa antara belahan utara dan selatan. Studi kedua mengidentifikasi angin ganas planet ini sebagai alasan untuk asimetri. Untuk memindahkan begitu banyak massa, para penulis mengatakan, angin harus berakar dalam-dalam. Penelitian ini dan yang ketiga, keduanya menunjukkan bahwa pola permukaan dan angin kencang terkait dengan turbulensi yang meluas setidaknya 3.000 kilometer di bawah permukaan planet Jupiter.
Rotasi "Rutabaga"
Lebih dalam dari itu, studi ketiga mengatakan, tekanan yang sangat besar di dalam planet mulai membuat atom-atom kacau, mengubahnya menjadi bola yang solid dan berputar. Bagenal membandingkan tekanan di Jupiter, yang kira-kira 100 juta kali tekanan atmosfer bumi. Bila digambarkan, seperti di bawah seribu gajah berdiri di atas satu sama lain, dengan gajah terbawah berdiri dengan satu kaki.
Pada tekanan tersebut, terciptalah lapisan hidrogen metalik yang berputar menghasilkan medan magnet Jupiter. Lebih dalam lagi, terdapat inti larutan batu dan mineral yang terbungkus hidrogen eksotis tersebut.
Baca juga: Gempa Sunda Megathrust Berpotensi Merusak Jakarta
Bersama-sama, studi ini menunjukkan sebuah planet yang lebih membingungkan daripada yang dibayangkan, seperti bawang yang baru saja mendapat sedikit lapisan, atau bahkan tidak. "Mungkin lebih seperti rutabaga," kata Bagenal. "Rutabaga yang sangat besar," lanjutnya.
Seperti sayuran (rutabaga) tersebut, Jupiter memiliki lapisan yang terpisah tetapi saling terhubung, dan lebih padat ke arah pusat. Namun, lapisan tersebut tidak berputar-putar sendiri setiap 10 jam sekali, di mana bagian dalamnya berputar sebagai benda padat di bawah angin dan awan yang berputar-putar.
"Kita mungkin seharusnya sudah mengantisipasi bahwa akan ada lebih banyak pencampuran atau struktur dari apa yang ada di buku teks," ucap Bagenal, mencatat bahwa Jupiter kemungkinan memiliki kunci untuk memahami bagaimana kerja planet raksasa gas lainnya, seperti Saturnus.
"Orang menganggap Jupiter sebagai pola dasar planet raksasa di sekitar sistem bintang lainnya," ujar Bagenal. "Namun, siapa yang tahu?"
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR