Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Romawi adalah salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah. Kekuasaannya membentang dari Eropa, Afrika hingga Asia lebih dari 5 abad lamanya. Meski banyak yang menyebutkan runtuhnya Kekaisaran Romawi pada abad kelima, tapi pada kenyataannya tidak benar-benar runtuh sampai tahun 1453 M.
Selama berjaya, Kekaisaran Romawi dengan prajurit dan kekuatan perdagangannya telah menjadikannya kekaisaran terkuat sepanjang sejarah. Lantas, bagaimana awal mula dan ekspansi Kekaisaran Romawi?
Kekaisaran Romawi dimulai pada 27 SM, ketika Oktavianus, putra angkat dan pewaris Julius Caesar, diberikan gelar "Augustus," yang berarti "yang dihormati," oleh senat Romawi. Gelar baru ini menandakan pengangkatan Oktavianus ke posisi kaisar dalam segala hal kecuali nama, mengakhiri Republik Romawi, menurut banyak sejarawan modern.
Oktavianus diberikan gelar ini setelah muncul sebagai pemenang dari serangkaian perang saudara yang dipicu oleh pembunuhan Julius Caesar pada tahun 44 SM. Selama perang ini Mark Antony, mantan jenderal Caesar, berjuang untuk menguasai dunia Romawi melawan beberapa pembunuh Caesar, dan kemudian dia bersekutu dengan Cleopatra untuk melawan Oktavianus.
Sementara beberapa lembaga republik, seperti senat, terus berfungsi setelah 27 SM, kekuasaan mereka jauh berkurang. Kekuasaan malah menjadi terfokus pada Augustus dan penerusnya.
Sejarawan zaman modern terkadang menggunakan frasa "Pax Romana" (Perdamaian Romawi) untuk menggambarkan periode antara 27 SM, ketika Oktavianus diberi gelar Augustus, dan 180 M, ketika Kaisar Marcus Aurelius meninggal. Frasa ini kadang-kadang digunakan karena merupakan periode yang relatif stabil dalam sejarah Romawi, dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudah tahun-tahun tersebut.
Augustus mencoba, dalam beberapa hal, untuk menggambarkan masa pemerintahannya (yang berlangsung sampai kematiannya pada 14 M) sebagai waktu yang relatif damai. "Di antara banyak gambar dia (Augustus), relatif sedikit, terutama patung, patung dan relief, yang menggambarkan dia sebagai seorang jenderal," tulis Adrian Goldsworthy, seorang sejarawan, dalam bukunya "Pax Romana: War, Peace and Conquest in the Roman World" seperti dikutip Live Science.
Meski Augustus ingin menggambarkan masa pemerintahannya sebagai damai, kenyataannya sangat berbeda. Selama pemerintahan Augustus, tentara Romawi bertempur di Iberia, menaklukkan daerah-daerah yang belum dikuasai Romawi.
Tentara juga maju jauh ke tempat yang sekarang disebut Jerman dengan harapan dapat menggabungkannya ke dalam Kekaisaran Romawi. Ini menemui bencana ketika tiga legiun, termasuk komandan mereka, Quintilius Varus, dimusnahkan sepenuhnya pada Pertempuran hutan Teutoburg pada 9 M.
Sejarawan Romawi Suetonius, yang hidup sekitar tahun 70 hingga 122 M mengklaim bahwa kehilangan ini berdampak besar pada Augustus. "Mereka mengatakan bahwa dia sangat terpengaruh sehingga selama beberapa bulan berturut-turut dia tidak memotong janggut maupun rambutnya, dan kadang-kadang dia akan (membenturkan) kepalanya ke pintu, sambil menangis: 'Quintilius Varus, kembalikan legiunku!' Dan dia mengamati hari bencana setiap tahun sebagai hari duka dan duka," tulis Suetonius.
Baca Juga: Kehidupan Sehari-hari Orang-Orang Romawi sejak Pagi hingga Malam
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR