Daendels mulai mengenalkan tentang Preangerstelsel yang menggawangi kebijakan kopi di kawasan Priangan. Preangerstelsel dibagi ke dalam tiga kawasan penanaman, perkebunan, pagar dan hutan, meskipun pada perjalanannya mengalami pelbagai kendala.
Melalui perkebunan kopi dibawah regulasi Preangerstelsel, Daendels berhasrat untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Ia memberikan mandat kepada Inspektur Jenderal Kopi untuk menanam hingga 300.000 pikul dari jumlah keseluruhan pohon kopi sebanyak 72.699.860.
Baca Juga: Percikan Semangat Revolusi Amerika: dari 'Ngopi' sampai Revolusi!
Baca Juga: Gelaran 'Reconnect': Melacak Jejak Riwayat Kopi Sepanjang Jalur Rempah
Wickelman, Inspektur Jenderal Kopi yang kala itu diberi mandat oleh Daendels, melaporkan produktivitas kopi telah mencapai angka 120.963 pikul dari 300.000 pikul kopi yang ditargetkan pada tahun 1810.
"Tingginya produksi kopi pada tahun 1810 merupakan hasil implementasi kebijakan perluasan tanaman kopi yang dilaksanakan pada masa pemerinatahan Daendels sejak tahun 1808," ungkap Fazar dalam skripsinya.
Keberhasilan itu bukan tanpa sebab, Daendels telah melakukan perubahan-perubahan yang bersifat liberal, termasuk perombakan sistem secara radikal. Ia mengubah tatanan dari birokrasi feodal menuju birokrasi Barat.
Di Priangan, Daendels juga menggiatkan sektor pertanian dan perdagangan. Ia mulai memberantas kecurangan dalam pungutan kontingenten, penyerahan dan kerja paksa. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memajukan onderneming kopi di Priangan.
Source | : | Digital Library Universitas Sebelas Maret Surakarta |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR