Menariknya Jason juga menjelaskan Titan tidak hanya memiliki danau dan laut, tetapi juga sungai dan bahkan hujan. Titan memiliki apa yang disebut sebagai siklus hidrologi dan kita dapat mempelajarinya secara analog dengan siklus hidrologi yang ada di Bumi.
Sebagian besar permukaan Titan ditutupi dengan bukit pasir yang terbuat dari hidrokarbon. Diduga bukit pasir di Titan mungkin menyerupai gurun Namibia di Afrika. Fitur lain seperti awan dan hujan metana di Titan disebabkan oleh metana cair. Selain itu juga terdapat awan es terbuat dari metana dan gas sianida juga terdapat di langit Titan.
Baca Juga: Tidak Hanya Terjadi di Bumi dan Mars, Badai Debu Juga Terjadi di Titan
"Titan terus memukau dengan proses alami yang serupa dengan yang ada di Bumi, tetapi melibatkan bahan yang berbeda dari air yang kita kenal," kata wakil ilmuwan proyek wahana antariksa Cassini, Scott Edgington dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan.
Sinar matahari cukup redup di Titan dan iklim sebagian besar didorong oleh perubahan jumlah cahaya yang ada menyertai musim. Data juga menunjukkan keberadaan lautan cair di bawah permukaan, tetapi untuk mengonfirmasi keberadaannya diperlukan eksplorasi lebih jauh. Karena lebih banyak planet telah ditemukan di luar tata surya, Titan telah menjadi model berawan. Meneliti atmosfer bulan ini membantu para ilmuwan untuk memahami atmosfer sistem lain yang jauh.
Wahana Huygens yang dikirim ke sana dengan pesawat luar angkasa Cassini NASA pada tahun 15 Oktober 1997 dan tiba di Saturnus pada tanggal 30 Juni 2004. Huygens sendiri dibuat oleh Badan Antariksa Eropa. Perlu diketahui, Huygens adalah objek buatan manusia pertama yang mendarat di permukaan Titan.
Huygens diperlengkapi peralatan untuk mempelajari bulan itu dan dengan mendaratnya wahana tersebut di Titan, dia juga menemukan hal-hal yang mencengangkan. Misalnya, Huygens mendeteksi banyak gunung di atas ketinggian 3.048 meter di permukaan Titan.
Baca Juga: Metana dalam Gumpalan Bulan Saturnus Bisa Jadi Tanda Kehidupan Alien
Selama misi utama dan misi lanjutannya, Cassini dapat memperoleh data mendasar tentang struktur Titan dan komponen kimia organik yang kompleks di atmosfernya. Oleh temuan Cassini itulah, para ilmuwan menduga adanya lautan internal yang terdiri dari air dan amonia. Wahana tersebut juga telah mendeteksi perubahan musim, seperti ketika awan es terbentuk di belahan Selatan Titan pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa akan terdapat musim dingin ekstrim di daerah itu.
Fokus misi yang berkaitan dengan Titan adalah menemukan tanda-tanda perubahan musim dan aktivitas gunung berapi. Dalam misinya, gravitasi Titan sekali lagi mengirim Cassini ke tempat yang kita inginkan. Diperkirakan bahwa kondisi di Titan bisa membuat tempat itu lebih layak huni di masa depan.
Jika matahari meningkatkan suhunya 6 miliar tahun dari sekarang dan menjadi sebuah bintang raksasa merah, menurut beberapa simulasi yang telah dilakukan suhu di Titan bisa meningkat cukup untuk menciptakan lautan yang stabil di permukaan. Jika ini terjadi, kondisi di Titan bisa jadi mirip dengan Bumi, memungkinkan kondisi yang menguntungkan bagi beberapa bentuk kehidupan. Eksperimen di Bumi menunjukkan bahwa Titan bisa lebih layak huni daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Source | : | Space.com |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR