Nationalgeographic.co.id—Kalimantan merupakan pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan Papua Nugini dengan luas hutan mencapai 42 juta hektar. Hutan hujan Kalimantan juga merupakan rumah bagi beberapa spesies anggrek yang sangat langka. Semua anggrek tersebut sangat dihargai karena aromanya yang eksotis dan keindahan estetikanya, sayangnya ratusan spesies anggrek Kalimantan telah punah, ribuan lainnya terancam punah.
Seperti diketahui, anggrek adalah anggota Orchidaceae, keluarga terbesar di antara tanaman berbunga, yang mencakup 25.000 spesies dari 850 genera. Diperkirakan 2500 hingga 3000 spesies anggrek tumbuh di hutan Kalimantan.
Di habitat aslinya, sebagian besar anggrek hidup sebagai epifit di pepohonan hutan. Meningkatnya eksploitasi hutan, baik secara legal maupun ilegal, dan penebangan yang berlebihan telah menyebabkan kerusakan hutan Kalimantan Barat.
Anggrek Kalimantan terancam punah akibat hilangnya habitat alami, kebakaran, kerusakan hutan, dan pembalakan liar. Meningkatnya eksploitasi hutan Kalimantan Barat, termasuk penambangan emas dan pembakaran ilegal, telah menyebabkan kepunahan ratusan spesies anggrek.
Ada juga faktor ekonomi yang berkontribusi terhadap terancamnya anggrek Borneo seperti pengumpulan dan penjualan ilegal anggrek liar oleh kolektor (pecinta anggrek) dan meningkatnya permintaan anggrek oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Kondisi tersebut menunjukkan urgensi perlunya pelestarian anggrek asli Kalimantan Barat.
Diperkirakan 2.500 hingga 3.000 spesies anggrek tumbuh di hutan Kalimantan. Meningkatnya eksploitasi hutan Kalimantan Barat, termasuk penambangan emas dan pembakaran ilegal, telah menyebabkan kepunahan ratusan spesies anggrek.
Menurut laporan Global Forest Watch 2002, Indonesia mengalami salah satu kehilangan lahan hutan paling dramatis di dunia. Diperkirakan sejak tahun 1996 bahwa 1 juta ha lahan hutan Indonesia dihancurkan setiap tahun, termasuk 1,7 juta ha setiap tahun selama tahun 1990-an. Faktor ekonomi, termasuk pengumpulan dan penjualan anggrek liar secara ilegal oleh "pemburu anggrek" dalam dan luar negeri, seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan anggrek, juga berkontribusi terhadap terancamnya anggrek asli Kalimantan.
Chairani Siregar, peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura pernah melakukan penelitian selama 3 tahun untuk menemukan dan mencatat spesies anggrek asli yang terancam punah di Kalimantan Barat. Penelitian ini dilakukan di 10 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Barat, dan inventarisasi dilakukan melalui eksplorasi. Anggrek yang ditemukan dicatat dan diidentifikasi ke dalam genus dan spesiesnya masing-masing dengan pemeriksaan visual ciri vegetatif dan bunga.
Sebanyak 197 spesies anggrek dari 66 genera telah diidentifikasi, dan di antaranya, 27 spesies hidup sebagai terestrial, 169 spesies hidup sebagai epifit, dan satu spesies hidup sebagai epifit dan terestrial. Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di American Society for Horticultural Science dengan judul "Exploration and Inventory of Native Orchid Germplasm in West Borneo, Indonesia".
Baca Juga: Mengenal Eulophia Lagaligo, Spesies Anggrek Terbaru dari Sulawesi
Baca Juga: Bulbophyllum irianae, Spesies Anggrek Baru Yang Ditemukan di Papua
Baca Juga: Spesies Anggrek Baru nan Langka Ditemukan di Pegunungan Andes
"Sampai saat ini, hanya sedikit catatan yang tersimpan tentang anggrek asli Kalimantan Barat. Untuk itu, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi semua jenis anggrek yang ada (di Kalimantan Barat) sebelum mereka dan habitatnya. menjadi punah," tulisnya dalam laporan penelitian.
Beberapa spesies yang berhasil diidentifikasi, di antaranya merupakan spesies yang sangat langka seperti Aërides sp., Bulbophyllum sp., Cymbidium sp., Dendrobium sp., Dimorphorchis sp., Grammatophyllum sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Paraphalaenopsis sp., dan Vanda sp. yang kesemuanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Spesies-spesies ini terancam punah dan beberapa di antaranya mungkin belum ditemukan atau ditemukan. Hal itu disebabkan hilangnya habitat akibat kebakaran, kerusakan hutan, pembalakan liar, dan perburuan anggrek baik oleh kolektor domestik maupun asing.
Sampai saat ini, hanya ada beberapa catatan tentang anggrek asli Kalimantan Barat. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi semua jenis anggrek yang ada di Kalimantan Barat sebelum punah beserta habitatnya dan melestarikannya secara ex situ.
Ia berkomitmen untuk membudidayakan semua spesies anggrek yang rentan dan terancam punah sebelum punah. Kemudian ia menambahkan bahwa intervensi dan partisipasi pemerintah daerah dalam konservasi, budidaya dan pemasaran anggrek diperlukan untuk kelangsungan hidup bunga populer.
Source | : | American Society for Horticultural Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR