Nationalgeographic.co.id—Alexander Agung dikenal sebagai karismatik, kejam, brilian dan haus darah. Tiga belas tahun pemerintahannya sebagai raja Makedonia mengubah jalannya sejarah Eropa dan Asia.
"Filsuf Yunani Aristoteles mengajari Alexander remaja selama pemerintahan Phillip II," tulis History dalam artikelnya berjudul Macedonia: Alexander The Great yang dipublikasi pada 21 Agustus 2018.
Alexander Agung dibesarkan dengan ilmu pengetahuan. Para sarjana telah menghubungkan keterampilan diplomatik Alexander dengan kebiasaan membawa buku bersamanya dalam kampanye militer, diduga berkat pengaruh Aristoteles.
Alexander naik takhta pada usia 20 setelah pembunuhan ayahnya. Dia dengan cepat memanfaatkan kekuatan militer Liga Hellenic, mengumpulkan pasukan lebih dari 43.000 infanteri dan 5.500 kavaleri.
Pada 334 SM, ia memimpin pasukan Makedonia melintasi jalur sempit Hellespont (sekarang disebut Dardanella) ke barat laut Turki.
"Dalam satu kampanye militer panjang yang berlangsung selama 11 tahun, ia menaklukkan Kekaisaran Persia, menjadikan Makedonia sebagai kekaisaran terbesar dan terkuat di dunia," imbuhnya.
Makedonia kuno adalah sebuah peradaban dengan budaya yang kaya akan pencapaian artistik dan kemajuan ilmiah.
Aristoteles, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai bapak filsafat barat, telah menyusun beberapa karyanya yang paling penting pada masa pemerintahan Alexander Agung, termasuk risalah tentang fisika dan metafisika (cabang filsafat yang membahas sifat realitas).
Ia dianggap secara tradisional berjasa dalam khazanah keilmuan Makedonia, terkait dengan Socrates dan Plato sebagai tiga serangkai dari tiga filsuf Yunani terbesar sepanjang sejarah.
Begitu juga dengan muridnya, Alexander Agung. Alexander membawa karya-karya Aristoteles bersamanya pada sebuah kampanye dan memperkenalkan filsafat Aristotelian ke timur ketika ia menaklukkan Kekaisaran Persia.
Melalui Alexander, karya-karya Aristoteles tersebar ke seluruh dunia yang dikenal pada masa itu, mempengaruhi filsafat kuno dan memberikan landasan bagi perkembangan teologi Yahudi, Kristen, dan Muslim.
Baca Juga: Temuan Alat Selam Diving Bell oleh Aristoteles untuk Alexander Agung
Baca Juga: Mengapa Telur Berbentuk Oval? Aristoteles pun Sempat Dibuat Bingung
Baca Juga: Meninggal dengan Misterius di Usia 32 Tahun, Inikah Penyebab Kematian Alexander the Great?
Mulanya, pada tahun 343 SM, Aristoteles dipanggil oleh Raja Philip II dari Makedonia Kuno untuk mengajari putranya, Alexander dan mengajarinya selama tujuh tahun berikutnya, sampai Alexander naik takhta pada 336 SM dan memulai penaklukannya yang terkenal.
Pada tahun 335 SM, Aristoteles telah kembali ke Athena, tetapi hubungan antara ia dengan Alexander terus terjalin melalui surat yang saling berbalas.
Kecenderungan dan keterampilan berdiplomasi Alexander Agung, jelas dipengaruhi dari pemikiran-pemikiran Aristoteles, perihal advokasi.
Tentu, segala tindak tanduk Alexander telah banyak dipengaruhi oleh gaya dan pemikiran filsafat Aristoteles, termasuk sepak terjang Alexander dalam berpolitik.
Begitu juga dengan setiap apresiasi yang ditunjukkan Alexander, di mana sejak menjadi muridnya, Aristoteles telah menunjukkan dan mengajarkan apresiasi yang besar terhadap aspek seni dan budaya.
Keberhasilannya dalam politik ekspansi juga diwujudkan saat ia mendirikan sebuah kota di Afrika Utara, yang dinukil dari nama dirinya, Alexandria di Mesir.
Source | : | History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR