Dr. Needham menambahkan, menciptakan seni dengan cahaya api akan menjadi pengalaman yang sangat mendalam, mengaktifkan berbagai bagian otak manusia. "Kita tahu bahwa bayangan dan cahaya yang berkedip-kedip meningkatkan kapasitas evolusioner kita untuk melihat bentuk dan wajah pada benda mati dan ini mungkin membantu menjelaskan alasannya. itu umum untuk melihat desain plakat yang telah menggunakan atau mengintegrasikan fitur alami di batu untuk menggambar hewan atau bentuk artistik," Needham menjelaskan.
Rekan penulis studi ini, mahasiswa PhD Izzy Wisher dari Departemen Arkeologi di University of Durham, mengatakan, bahwa selama periode Magdalenenian, kondisi sangat dingin dan lanskap lebih terbuka. "Sementara orang beradaptasi dengan baik terhadap dingin, mengenakan pakaian hangat yang terbuat dari kulit dan bulu binatang, api masih sangat penting untuk menjaga kehangatan. Temuan kami memperkuat teori bahwa pancaran hangat api akan menjadikannya pusat komunitas untuk pertemuan sosial, bercerita, dan membuat karya seni," Wisher menjelaskan.
Pada saat banyak waktu dan usaha akan dihabiskan untuk mencari makanan, air dan tempat tinggal, katanya, sangat menarik untuk berpikir bahwa orang masih menemukan waktu dan kapasitas untuk menciptakan seni. "Ini menunjukkan bagaimana kegiatan ini telah membentuk bagian dari apa yang membuat kita manusia selama ribuan tahun dan menunjukkan kompleksitas kognitif orang prasejarah," kata Wisher.
Source | : | PLOS ONE,York University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR