"Teguh kembali menghadirkan konsep pertunjukan yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan tajuk acara 'Malam Atraksi Srimulat'. Salah satu konsep yang diusung pada acara ini adalah pertunjukan panggung sandiwara komedi dengan balutan parido film atau kisah yang terkenal pada masa itu," terang Ahmad dan Ade.
"Ada satu fakta menarik ketika kita telisik lebih jauh mengenai grup Srimulat, yaitu meskipun hadir dengan identitas kebudayaan lokal, namun pada kenyataannya Srimulat tetap bisa diterima dengan baik oleh masyarakat di kota-kota besar," lanjut mereka.
Hal itu disebabkan adanya arus urbanisasi ke Jakarta dan Surabaya. Urbanisasi ini membuat masyarakat etnis Jawa mencari hiburan rakyat yang mengusung kebudayaan daerah asalnya. Kepopuleran Srimulat membuat mereka pun hadir di tayangan televisi dan melegenda.
Baca Juga: Serial Komedi yang Populer Karena Pemerannya Presiden Ukraina
Baca Juga: Lelucon Senonoh Sudah Ada Sejak Zaman Romawi Kuno, Ini Buktinya
Baca Juga: Mengulik Sejarah 'April Mop', Siapa yang Memulai Tradisi Ini?
Baca Juga: Semua Tawa Terdengar Mengganggu? Mungkin Anda Menderita Fobia Ini
Untuk menimbulkan humor, menurut Teguh, tidak bisa terjadi begitu saja. Seorang komedian harus mampu menemukan sesuatu yang terkesan "aneh" untuk menimbulkan humor yang lucu.
Akibatnya, gelagat "aneh" yang jadi ciri khas komedian dalam grup Srimulat jadi terekam dalam memori penonton, mulai dari pentas panggung, rekaman kaset, sampai siaran televisi.
Ahmad dan Ade menjelaskan, Srimulat kerap menggunakan berbagai mekanisme humor. Pertama, kelompok lawak ini membuat kondensasi lewat susunan kata atau kata diubah-disesuaikan, seperti dalam dialog berikut:
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR