Penasihat Hodnett mengatur akses ke beberapa tulang "singa gunung" tambahan dari dua gua Grand Canyon lainnya: Next Door Cave di Grand Canyon tengah dan Stanton Cave di Grand Canyon timur. Hodnett menemukan, tulang-tulang itu ternyata juga milik cheetah Amerika dan bukan singa gunung. Ada fitur tertentu di tulang-tulang tersebut, seperti bentuk struktur pergelangan kaki, yang dapat membedakan cheetah dari singa gunung, dan beberapa tulang mereka memiliki ukuran yang berbeda, kata Hodnett.
Sibuk dengan penelitian dan proyek lain, Hodnett mengesampingkan penemuan ini selama bertahun-tahun tanpa memublikasikan apa yang telah dia pelajari. Namun pada tahun 2019, ia dan rekan-rekannya sedang mengerjakan inventarisasi catatan fosil yang diketahui di Taman Nasional Grand Canyon, yang mendorongnya untuk menarik dan memperbarui penelitian cheetah Amerika-nya.
Tulang-tulang dari Next Door Cave adalah tulang tumit, sedangkan tulang di Stanton Cave adalah bagian cakar. Temuan paling menarik datang dari Rampart Cave dan mewakili dua individu cheetah Amerika.
Salah satu cheetah tersebut adalah cheetah sub-dewasa, setara dengan remaja. Adapun cheetah yang lain adalah anak cheetah berusia sekitar enam bulan, kata Hodnett. Si cheetah dewasa muda telah diserang, dengan luka tusukan di tengkorak dan tulang belakang yang seukuran gigi cheetah Amerika dewasa. Luka-luka ini kemungkinan besar berakibat fatal.
"Anda melihat tusukan yang sangat tajam di tulang belakang dan itu akan sangat melemahkan," kata Hodnett seperti dilansir Live Science. "Sepertinya tidak sembuh sama sekali."
Tidak jelas apakah kedua cheetah muda di dalam gua itu berkerabat, tetapi beberapa jaringan lunak semi-mumi masih menempel di tulang-tulang itu, sehingga peneliti mungkin dapat memulihkan dan menganalisis cukup DNA untuk mengetahuinya, kata Hodnett. Luka-luka itu bisa jadi akibat dari pertempuran teritorial, tambahnya. Atau mungkin seekor cheetah jantan mencoba membunuh anak-anaknya, perilaku yang terlihat hari ini pada singa Afrika.
Apapun masalahnya, temuan mengungkapkan bahwa cheetah Amerika berburu di luar padang rumput. Fosil-fosil cheetah yang ditemukan di gua-gua sering dikaitkan dengan tulang domba bighorn dan herbivora punah yang dikenal sebagai kambing gunung Harrington (Oreamnos harringtoni). Ini menunjukkan bahwa para hewan penghuni tebing ini mungkin adalah mangsa utama cheetah Amerika.
"Penemuan, atau reidentifikasi, dari fosil klasik yang disebut 'singa gunung' ini memberi kita gagasan bahwa kucing yang punah ini, Miracinonyx, mungkin sedikit lebih beragam dalam hal ekologi yang disukainya," kata Hodnett yang telah menerbitkan temuan ini di New Mexico Museum of Natural History and Science Bulletin edisi Mei 2022.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR