Pada kawasan bekas Danau Purba Borobudur, tanah longsoran akan terus mengancam di bagian selatan candi, dan dampaknya akan menutup akses jalan dan properti masyarakat.
Baca Juga: Singkap Fakta Letusan Merapi, Alasan Mpu Sindok Memindahkan Mataram
Baca Juga: Napak Tilas Perjuangan Perang Dipanagara di Sekitar Borobudur
Baca Juga: Candi Agung di Tubir Danau, Di Balik Perdebatan Telaga Borobudur
Baca Juga: Bagaimana Cara Peziarah Kuno Menyaksikan Pahatan Kisah Borobudur?
Sedangkan banjir, akan lebih banyak dijumpai di area persawahan sekitar danau purba. Curah hujan yang tinggi dan infiltrasi buruk akan menyebabkan genangannya makin luas, dan mengancam gagal panen.
Walau ada banyak potensi yang mengancam di kawasan danau purba, pemerintah Kabupaten Magelang setidaknya sudah memiliki mitigasi. Mereka telah membangun 17 tempat evakuasi akhir jika terjadi bencana. Tetapi kapasitasnya hanya menampung 500 pengungsi.
“Kapasitas tempat evakuasi akhir yang sangat sedikit tentunya dapat menimbulkan masalah, oleh karena itu kerja sama dari berbagai pihak perlu dilakukan,” mereka menyarankan. Sedangkan Candi Borobudur sudah memiliki standar operasional berdasarkan manajemen bencana oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur tahun 2015.
“Standar Operasional Prosedur (SOP) manajemen bencana yang berpotensi di kawasan Candi Borobudur dan sekitarnya perlu disertai kerja sama Pemerintah Daerah dan pelaku wisata Candi Borobudur, sehingga menghasilkan upaya mitigasi lebih optimal.”
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR