Nationalgeographic.co.id—Timur tengah memang dikenal sebagai wilayah dengan sejarah yang kaya dan memesona yang mencakup berbagai etnis, budaya dan praktik keagamaan. Sementara sebagian besar dari sejarah yang beragam dan dinamis ini diketahui melalui catatan sejarah, budaya material yang mengesankan dan situs bioarkeologi di wilayah tersebut.
Namun demikian, hingga saat ini data bioarkeologi penting lebih sulit untuk diambil karena pelestarian bahan organik yang buruk di lingkungan yang keras. Namun, teknologi baru yang lebih mampu menganalisis material yang terdegradasi dan mengubah hal itu semua.
Cerita dari zaman prasejarah hingga sejarah telah muncul, memperkaya pengetahuan kita tentang wilayah ini di persimpangan antara tiga benua. Sekarang, tim multinasional dan interdisipliner sedang mempresentasikan wawasan bioarkeologis baru ke dalam periode awal Islam di Suriah modern.
Studi baru dari Uppsala University telah berhasil menggabungkan data arkeologi, sejarah, dan bioarkeologi. Temuan tersebut memberikan wawasan baru tentang periode awal Islam di Suriah modern.
Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di Communications Biology dengan judul "Bioarchaeological evidence of one of the earliest Islamic burials in the Levant."
Tim peneliti berencana untuk fokus pada periode waktu yang jauh lebih tua tetapi menemukan apa yang mereka yakini sebagai sisa-sisa Muslim awal di pedesaan Suriah.
Selama 2009 dan 2010, penggalian di situs Neolitik Tell Qarassa di Suriah modern menemukan sejumlah penguburan. Penggalian ini dikoordinasikan oleh tim Spanyol-Prancis yang mengintegrasikan siswa Suriah dalam semua kampanye arkeologi.
Sehingga penggalian tersebut berkontribusi pada pelatihan mereka dalam arkeologi. Penelitian ini dilakukan atas izin dan selalu berkoordinasi dengan General Directorate of Antiquities and Museums (DGAM) Republik Arab Suriah. Tak lama setelah penggalian ini, perang saudara Suriah dimulai, yang berlanjut hingga hari ini.
Arkeogenetik Cristina Valdiosera dari University of Burgos, Spanyol, yang mengoordinasikan penelitian tersebut mengatakan, mereka telah melakukan analisis DNA purba pada sisa-sisa 14 manusia.
"Dengan tujuan mempelajari kelompok tani pertama di wilayah tersebut," kata Valdiosera.
"Hanya dua individu dari lapisan atas situs yang mengandung DNA endogen dalam jumlah yang cukup dan ini berasal dari kuburan yang kami asumsikan milik periode prasejarah kemudian. Setelah penanggalan radiokarbon, menjadi jelas bahwa kami memiliki sesuatu yang tidak terduga dan istimewa."
Kuburan tersebut berasal dari Era Umayyah pada akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 (kekhalifahan kedua). Mengingat tanggal yang mengejutkan baru-baru ini, penilaian ulang terhadap gaya penguburan menunjukkan bahwa itu akan konsisten dengan praktik penguburan Muslim awal.
Tidak mungkin untuk menentukan identitas budaya ini tanpa tanggal radiokarbon karena sebelumnya tidak ada pemukiman Muslim atau situs permakaman di daerah tersebut. Situs arkeologi itu sendiri hanya dikenal sebagai situs prasejarah.
“Hasil genomiknya juga mengejutkan karena kedua individu tersebut tampak berbeda secara genetik dari kebanyakan Levant kuno atau modern." kata ahli biologi evolusi Megha Srigyan, yang melakukan analisis data selama studi Masternya di Uppsala University, Swedia.
Baca Juga: Selidik Gua Dengan 1.000 Ukiran Prasejarah dan Permakaman di Spanyol
Baca Juga: Tilik Budaya Permakaman Bangsa Celtic Kuno yang Aneh dan Tak Biasa
Baca Juga: Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor
Baca Juga: Kota Jakarta Memiliki Permakaman Umum Modern Tertua Sejagat
Kelompok modern yang paling mirip, meskipun tidak identik, adalah Badui dan Saudi. Hal itu menunjukkan kemungkinan hubungan dengan Semenanjung Arab, kata ahli biologi evolusi Megha Srigyan, yang melakukan analisis data selama studi Masternya di Uppsala University, Swedia.
“Sebagian besar bukti kami tidak langsung tetapi jenis data yang berbeda, diambil bersama-sama, menunjukkan pria dan wanita yang termasuk dalam kelompok sementara yang jauh dari rumah, menunjukkan kehadiran Muslim awal di pedesaan Suriah,” kata ahli genetika populasi Torsten Günther di Uppsala Universitas, yang mengoordinasikan penelitian ini.
Analisis satu pria dan satu wanita memberikan bukti praktik budaya atau agama baru yang tiba di Levant. "Sungguh luar biasa bahwa dengan mempelajari hanya dua individu, kami dapat mengungkap sepotong kecil tapi luar biasa dari teka-teki kolosal yang membentuk sejarah Levant," kata Valdiosera.
Source | : | Uppsala University,Communications Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR