Nationalgeographic.co.id—Jauh di benua Eropa sana, bangsa Celtic kuno telah memiliki sebuah peradaban yang tak biasa. Mulai dari kehidupan sehari-hari, hingga kebiasaan barbarnya dalam hal perang.
kenyataannya, bangsa Celtic kuno adalah sekelompok orang yang tersebar luas dengan asal-usul yang berkembang di Eropa tengah.
Mereka pernah berdiaspora secara meluas, melampaui Kepulauan Inggris. Dengan wilayah yang terbentang dari Spanyol hingga Laut Hitam.
"Bangsa Celtic tercatat secara geografis merupakan kelompok terbesar yang menghuni Eropa kuno," tulis Dave Roos dalam sebuah artikel berjudul "8 Facts About the Celts" yang diterbitkan History pada 17 Maret 2021.
Sejarawan tidak tahu mengapa orang Yunani atau Romawi menyebut mereka dengan Keltoi. Dugaan yang paling mungkin bahwa orang Celtic dalam pandangan orang Yunani dianggap sebagai orang biadab yang suka minuman keras dan suka berkelahi.
Namun, meski dianggap barbar dan liar, terdapat bukti lain yang mengungkap hal yang berlawanan dari pandangan orang-orang Yunani atau Romawi tentang bangsa Celtic Kuno.
Berdasarkan temuan arkeologis, bangsa Celtic dianggap jauh dari buas. Hal itu dibuktikan oleh pengerjaan logam dan perhiasan yang rumit yang digali dari benteng bukit Celtic kuno dan gundukan permakamannya yang tersebar di seluruh Eropa.
"Salah satu gundukan (permakaman) seperti itu ditemukan dekat Hochdorf, Jerman, yang menyimpan sisa-sisa kepala suku Celtic dan banyak artefak yang menunjukkan masyarakat Celtic yang kompleks dan bertingkat," tambahnya.
Gundukan kepala suku Hochdorf berasal dari tahun 530 SM, yang oleh para arkeolog disebut sebagai periode Hallstatt akhir, ketika budaya Celtic terkonsentrasi di Eropa Tengah.
Menurut Roos, "kepala suku dibaringkan di sofa perunggu panjang dengan roda dan mengenakan perhiasan emas termasuk pita leher tradisional Celtic yang disebut torc."
Baca Juga: Wanita Bangsa Celtic Terkubur Selama 2.200 Tahun dalam Peti Pohon
Baca Juga: Menggantung Kepala Musuh, Cara Bangsa Celtic Kuno Rayakan Kemenangan
Source | : | History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR