Nationalgeographic.co.id—Para peneliti di University of Southampton memperkirakan burung dan mamalia akan menjadi lebih kecil dan berusia lebih pendek di masa akan datang. Berdasarkan pengamatan pergerakan di seluruh dunia, rata-rata (median) massa tubuh burung dan mamalia secara kolektif akan berkurang hingga 25 persen sekitar 100 tahun ke depan.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan secara rinci dalam Nature Communications dengan judul "Projected losses of global mammal and bird ecological strategies" yang dapat diakses secara daring dan merupakan jurnal akses terbuka.
Menurut penelitian tersebut, di masa depan, hewan pemakan serangga yang kecil, berumur cepat, sangat subur, yang dapat tumbuh subur di berbagai habitat, akan mendominasi dunia. Mereka akan jadi pemenang, dan itu termasuk hewan pengerat, seperti gerbil kerdil, burung penyanyi atau passeri hingga burung pipit.
Sementara, spesies yang berumur pendek dan mudah beradaptasi, membutuhkan kondisi lingkungan khusus. Kemungkinan akan menjadi korban kepunahan, ini akan menjadi spesies Yang kalah, termasuk elang kuning kecoklatan dan badak hitam.
Para peneliti memperkirakan, mamalia akan lebih kerdil dan berumur pendek. Rata-rata massa tubuh mamalia secara kolektif akan berkurang 25 persen selama abad berikutnya. Penurunan ini merupakan perubahan besar yang dipercepat bila dibandingkan dengan pengurangan ukuran tubuh 14 persen yang diamati pada spesies dari 130.000 tahun yang lalu.
Rob Cooke, peneliti utama dari University of Southampton dalam pernyataannya mengatakan, sejauh ini ancaman terbesar terhadap burung dan mamalia adalah umat manusia.
Manusia akan berlanjut merusak lingkungan untuk memenuhi keinginan diri sendiri. "Itu karena penghancuran habitat yang telah dilakukan manusia pada planet ini, seperti penggundulan hutan, perburuan, pertanian intensif, urbanisasi dan efek pemanasan global," kata Cooke.
"'Perampingan' spesies yang substansial yang kami perkirakan dapat menimbulkan dampak negatif lebih lanjut bagi keberlanjutan ekologi dan evolusi jangka panjang."
Ia menjelaskan, perampingan tersebut mungkin terjadi karena efek perubahan ekologi. Tetapi, ironisnya, dengan hilangnya spesies yang memiliki fungsi unik dalam ekosistem global kita, itu juga bisa berakhir sebagai pendorong perubahan juga.
Pada penelitian tersebut, tim peneliti memusatkan perhatian pada 15.484 mamalia darat dan burung dan mempertimbangkan lima karakteristik yang berhubungan dengan peran masing-masing spesies di alam: massa tubuh, luasnya habitat, makanan, dan lamanya waktu antar generasi.
Selain itu, para peneliti menggunakan Daftar Merah Spesies Terancam Punah Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN) untuk menentukan hewan mana yang paling mungkin punah di abad berikutnya.
Source | : | Nature Communications,University of Southampton |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR