"Untuk diketahui, PFAS adalah istilah kolektif untuk lebih dari 1.400 bahan kimia dan zat buatan manusia yang secara historis telah digunakan untuk berbagai produk," kata penulis utama studi Ian Cousins, seorang ahli kimia lingkungan di Universitas Stockholm di Swedia, mengatakan kepada Live Science.
"Termasuk tekstil, busa pemadam kebakaran, peralatan masak anti lengket, kemasan makanan, rumput sintetis dan senar gitar."
Namun, "pemahaman saat ini tentang dampak biologis terutama didasarkan pada studi tentang empat asam perfluoroalkil (PFAA) yang merupakan subkelompok PFAS, kata Cousins.
PFAA ini termasuk asam perfluorooctanesulfonic (PFOS), asam perfluorooctanoic (PFOA), asam perfluorohexanesulfonic (PFHxS) dan asam perfluorononanoic (PFNA), yang menjadi fokus utama penelitian, tambahnya.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bahan kimia ini sangat beracun dan dapat menyebabkan berbagai masalah. Termasuk berbagai jenis kanker, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah perkembangan, kondisi sistem kekebalan tubuh, dan berbagai penyakit usus, hati dan tiroid.
"Juga karena berpotensi menurunkan efektivitas vaksin pada anak-anak, kata Cousins. "PFAS juga cenderung menyebabkan kerusakan tambahan pada lingkungan, tetapi ide ini belum dipelajari secara rinci."
PFAS tidak mudah rusak, yang berarti mereka tetap berada di lingkungan lama setelah diproduksi dan sama beracunnya. "Hal ini menyebabkan para ilmuwan menjuluki PFAS sebagai "bahan kimia selamanya," tambahnya.
Baca Juga: Peneliti: Tanaman Akan 'Panik' Ketika Terkena Air Hujan
Baca Juga: Mengonsumsi Air Hujan Sebagai Air Minum, Amankah Bagi Tubuh?
Baca Juga: Embung Grigak Dibangun di Dusun Karang, Warga Tidak Perlu Tampung Air Hujan
Source | : | Live Science,Environmental Science & Technology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR