Nationalgeographic.co.id—Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan rencana peluncuran ketiga misi kembali ke Bulan. NASA mengatakan masalah teknis roket telah diperbaiki, mereka merencanakan upaya lepas landas ketiga pada 27 September 2022.
Sebelumnya, NASA telah merencanakan peluncuran pada 29 Agustus 2022. Namun kendala teknis telah membatalkan rencana tersebut. Para insinyur NASA tidak dapat mendinginkan salah satu dari empat mesin RS-25 tahap inti roket ke suhu yang aman pada waktunya untuk lepas landas.
NASA kemudian merencanakan rencana kembali ke Bulan untuk kedua kalinya pada 3 September 2022. Agensi mengumumkan bahwa mereka telah memperbaiki masalah yang terjadi pada rencana pertama, yaitu sensor suhu yang rusak.
Pada rencana peluncuran kedua ini, lagi-lagi peluncuran tidak berjalan lancar. Alarm berbunyi saat pesawat sedang dimuati dengan bahan bakar hidrogen cair yang sangat dingin, memperingatkan para insinyur akan celah di segel salah satu mesin roket.
"Insinyur mencoba dan gagal untuk menutup kebocoran tiga kali," kata NASA dilansir Live Science.
NASA mengatakan bahwa kebocoran berada pada "pemutusan cepat" di mana tahap inti SLS bertemu saluran bahan bakar dari menara peluncuran seluler roket, yang diperbaiki oleh badan tersebut dengan mengganti dua segel di titik kebocoran.
Badan antariksa AS ini mengatakan, peluang peluncuran paling awal adalah 27 September, dengan peluang cadangan pada 2 Oktober.
Para insinyur NASA berencana untuk mendemonstrasikan kebocoran yang ditambal dengan melakukan tes untuk memompa propelan ke dalam pesawat.
"Tanggal yang diperbarui mewakili pertimbangan cermat dari beberapa topik logistik, termasuk nilai tambahan memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan uji demonstrasi kriogenik," tulis pejabat NASA dalam sebuah posting blog yang mengumumkan peluncuran baru.
"Dan selanjutnya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan peluncuran."
"Tanggal juga memungkinkan manajer untuk memastikan tim memiliki istirahat yang cukup dan untuk mengisi kembali persediaan propelan kriogenik."
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR