Di kata pengantar, Largus menegaskan dirinya sebagai pewaris deontologi Hipokrates. Ia menetapkan satu set standar etika dalam resep farmasi yang memiliki pengaruh besar pada humanisme medis di beberapa abad kemudian.
Bahkan, karya Scribonius adalah referensi dokumenter tertua tentang sumpah Hipokrates. Menurutnya, resep obat harus diatur oleh dua prinsip atau kebajikan: humanitas dan belas kasihan. Karena obat harus menyembuhkan dan bukan merugikan (scientia sanandi).
271 resep dibagi menjadi tiga bagian utama. Yang pertama terdiri dari 162 resep dan disusun berdasarkan penyakit, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang kedua adalah daftar 37 penawar racun, gigitan dan sengatan. Serta yang ketiga berkaitan dengan plester, pembalut dan salep yang digunakan oleh ahli bedah.
Baca Juga: Bulla Felix, 'Robin Hood' Romawi yang Berusaha Menegakkan Keadilan
Baca Juga: Penemunya Dipenggal Kaisar, Teknik Kaca Fleksibel Romawi Ini Hilang
Baca Juga: Di Zaman Romawi Kuno, Balap Kereta Jadi Persembahan untuk Para Dewa
Banyak dari resep ini berasal dari karya dokter sebelumnya. Selain itu, Largus juga membeli resep-resep meragukan kemudian membuktikan sendiri kemanjurannya.
Sebagai tabib, ia mengutuk pengobatan takhayul yang berada di luar profesi medis dan menggunakan zat herbal yang memiliki sifat terapeutik.
Pengobatan dengan listrik
Tapi mungkin resep yang paling terkenal adalah pengobatan asam urat dan sakit kepala dengan listrik. “Ini adalah penggunaan pertama yang didokumentasikan dalam sejarah,” ujar Patowary.
Listrik yang digunakan saat itu adalah yang berasal dari hewan, khususnya ikan torpedo Mediterania atau pari marmer (Torpedo marmorata) atau torpedo Atlantik (Torpedo nobiliana).
Bagaimana cara pengobatannya? Ikan tersebut diletakkan di dahi pasien, di antara alis. Dengan cara ini ikan mengeluarkan listriknya sampai indra pasien menjadi mati rasa. Dalam kasus asam urat, ikan ditempatkan di bawah kaki.
“Anda harus mengikat strip di bagian tubuh yang sakit (yaitu di kepala). Dan membiarkannya di sana sampai rasa sakitnya berhenti dan daerah itu mati rasa,” tulis Largus.
Meski asal-usulnya tidak diketahui secara jelas, Largus meninggalkan warisan penting bagi dunia kedokteran.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Source | : | Amusing Planet |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR