"Netral karbon juga bisa diterapkan pada jenis kegiatan di alam lainnya, seperti misalnya arung jeram. Hal ini bisa dilakukan sedari perencanaan perjalanan dengan memperhatikan komponen-komponen penghasil emisi karbon yang kemungkinan akan muncul selama berkegiatan," lanjutnya.
Beberapa pemirsa turut serta meramaikan diskusi dengan melontarkan pertanyaan kepada pembicara. Salah satu penanya, mahasiswa dari Universitas Trisakti, memikirkan lebih lanjut tentang besarnya jejak karbon dari pelaku sektor pariwisata yang kini banyak menerapkan tema alam & lingkungan. Ia menanyakan apakah tema pemasaran tersebut juga selaras dengan gaya operasional mereka yang ramah lingkungan atau tidak.
Baca Juga: Aksi Seru Bahas Bumi dan Netralitas Karbon: Anak Muda Bisa Apa?
Baca Juga: CarbonEthics: Waktunya Hidupkan dan Jaga Ekosistem Karbon Biru Kita
Baca Juga: James Webb Mendeteksi Karbon Dioksida di Atmosfer Planet Ekstrasurya
Baca Juga: Mengejar Target Penggunaan Energi Terbarukan demi Karbon Netral
Menanggapi hal itu, Bogar menjelaskan, “tentu kita tidak bisa mengharapkan seluruh pelaku usaha sektor wisata untuk semuanya langsung menjadi lebih ramah lingkungan. Pemerintah pun belum bisa memaksakan. Hal itu butuh biaya yang tidak sedikit. Lalu banyak dari mereka yang kami temui, memang kesulitan dari proses menghitung jejak karbonnya. Namun yang saya ketahui, dari Kemenparekraf dalam waktu dekat akan merilis pedoman yang berisi tips operasional bagi pelaku usaha industri wisata, seperti mengganti penggunaan barang atau pemasok yang lebih ramah lingkungan"
Melalui diskusi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam mengupayakan netralitas karbon untuk menuju pencegahan perubahan iklim, perlu adanya kesadaran dari diri sendiri terlebih dahulu. Dari situ, dilanjutkan kerja sama antara berbagai pihak dalam menjaga lingkungan dan memelihara perilaku yang ramah lingkungan.
Penghujung acara disemarakkan dengan kegiatan kuis berhadiah. Tiga dari empat narasumber mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab secara antusias oleh para pemirsa.
Sebelum acara ditutup, Dinni menambahkan, “saya apresiasi terhadap Mapala UI yang memberikan harapan kepada generasi muda termasuk mapala lain untuk turut serta membudayakan netral karbon. Gerakan Baka-Raya Project bisa dijadikan contoh untuk ke depannya terkait kegiatan penetralan jejak karbon,"
"Mapala UI dengan kegiatan ini pun telah mengisi celah mengenai edukasi tentang emisi karbon” pungkas Dinni.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR