"Saat ini, tidak ada laporan tentang hasil yang buruk dengan adanya penyakit ini; namun, para ahli bedah harus mengecualikan penyebab-penyebab alternatif dari perubahan warna tulang ketika riwayatnya tidak jelas."
Begitu dimulai, proses perubahan warna pada tulang akibat penyakit tulang hitam ini berlangsung cepat dan permanen. Namun, penyakit tulang hitam, bila disebabkan oleh minosiklin, cukup jinak dan tidak terkait dengan nekrosis atau kematian jaringan. Meskipun penyakit tulang hitam minosiklin belum sepenuhnya dipahami, ada penjelasan kemungkinan atas mekanisme perubahan warna tersebut.
"Pigmentasi hitam tulang oleh minosiklin diperkirakan terjadi melalui besi ferri yang terikat pada obat itu teroksidasi dalam tulang yang sedang berkembang," tulis sebuah tim peneliti yang mengamati lima kasus penyakit langka itu di Clinics in Orthopaedic Surgery. "Dan melalui akumulasi kina yang tidak larut dari degradasi cincin aromatik obat tersebut dalam tulang dewasa."
Karena gigi lebih terlihat dibanding tulang di dalam tubuh, kasus penyakit tulang hitam ini kemudian lebih sering ditemukan di klinik ini.
“Selama bertahun-tahun saya menemukan beberapa pasien dewasa yang memiliki pewarnaan intrinsik permanen pada gigi mereka akibat menerima antibiotik tetrasiklin saat mereka masih anak-anak di usia 50-an dan 60-an,” kata dokter gigi Ollie Jupes seperti dikutip dari IFLScience.
“Untungnya, para petugas medis [di Inggris] berhenti meresepkan tetrasiklin untuk anak di bawah delapan tahun, pada akhir tahun 1970-an, ketika ditemukan bahwa antibiotik itu bertanggung jawab atas pewarnaan yang terkadang dalam, sering bergaris, pada mahkota gigi yang sedang tumbuh.”
“Dalam kasus parah yang saya lihat, prosedur pemutihan gigi sederhana tidak efektif karena noda (hitam) itu begitu melekat pada enamel gigi, sehingga pasien memasang veneer porselen atau komposit untuk menyamarkan pewarnaan. Efek pada kepercayaan diri beberapa pasien sering kali cukup mendalam.”
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR