Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah, ada banyak kisah tentang orang-orang yang selamat dari peristiwa-peristiwa yang mematikan. Ada banyak kisah ajaib yang mengiringi manusia dalam sejarah.
Salah satu manusia yang telah melampaui segala kemungkinan untuk selamat dari kematian adalah Anatoli Burgorski. Ia adalah seorang ilmuwan Rusia yang memiliki sinar partikel menembus kepalanya yang memancarkan 300.000 rad.
Kisah ini dimulai pada tahun 1978, saat Anatoli bekerja di Institut Fisika Energi Tinggi di Protvino. Berspesialisasi dalam fisika, pekerjaannya meliputi pemeliharaan sinkrotron U-70, yang pada saat itu merupakan akselerator energi tertinggi di Uni Soviet.
Akselerator partikel atau energi memiliki tugas mempercepat elektron atau proton dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk menghasilkan sinar partikel bermuatan yang digunakan untuk berbagai penelitian.
"Sinar ini juga mengandung konsentrasi radiasi yang tinggi, oleh karena itu sangat berbahaya bagi organisme hidup mana pun," tulis Andrei Tapalaga kepada History of Yesterday dalam artikel berjudul "The Man Who Survived Over 300,000 Rads" terbit pada 28 November 2022.
"Pada tanggal 13 Juli 1978, seperti hari-hari lainnya, Anatoli mengelilingi akselerator partikel untuk memastikan semuanya berjalan sebagaimana mestinya," tambahnya.
Pada titik tertentu, Anatoli melihat lampu dari sinkrotron mati, ia menduga akselerator dimatikan. Oleh karena itu dia memutuskan untuk meletakkan kepalanya di saluran untuk melihat lebih baik kerusakan tersebut.
Namun, ternyata akselerator berada dalam kondisi masih menyala. Hanya dalam waktu "sepersekian detik, sinar tinggi menembus kepalanya, memancarkan lebih dari 300.000 rad," imbuhnya.
Baca Juga: Kisah Violet Gibson, Wanita Irlandia yang Menembaki Mussolini
Baca Juga: Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel
Baca Juga: Bencana Chernobyl: Apa yang Sebenarnya Terjadi 32 Tahun Lalu?
Anatoli menggambarkan bahwa ia melihat cahaya paling terang dalam hidupnya (cahaya yang lebih terang dari seribu matahari), tetapi setelah itu—terpapar radiasi—seketika semuanya menjadi gelap.
Seperti disebutkan sebelumnya, 1.000 rad lebih dari cukup untuk membunuh manusia. Setelah beberapa saat, Anatoli bisa bangkit, memperbaiki kerusakannya, dan melanjutkan harinya.
Anatoli melaporkan kerusakan yang terjadi dan ia telah memperbaikinya, tetapi ia tidak pernah melaporkan bahwa kepalanya telah terkena sinar radiasi berbahaya itu. Keesokan harinya, wajah Anatoli menjadi bengkak dan dia memutuskan untuk pergi ke dokter.
Radiasi ini berbeda dengan yang dihasilkan oleh bom nuklir, seperti yang melanda Hiroshima atau wabah Nuklir dari Chornobyl. Radiasi ini terionisasi, dengan kata lain, sangat terkonsentrasi pada balok kecil, oleh karena itu hanya memengaruhi area kepala.
Meski begitu, sebagaimana perkiraan para ahli, jika terpapar 250.000 radiasi pengion, "Anatoli seharusnya tidak selamat dari kecelakaan itu," terusnya. Dampak lainnya, ia kerap mengalami kejang hebat selama masa pemulihan.
Anatoli berpikir bahwa tumor mungkin berkembang di otaknya karena radiasi. Namun, setiap pemeriksaan medis meyakinkannya bahwa tidak ada risiko seperti itu. Anatoli terus mengunjungi klinik khusus di Moskow setidaknya empat kali setahun untuk memastikan tidak ada masalah lebih lanjut yang berkembang.
Setelah 18 bulan pemulihan, Anatoli kembali ke pekerjaannya, menyelesaikan gelar Ph.D. dalam fisika, dan bahkan mengadakan eksperimennya sendiri di U-70 Proton Synchroton di mana kecelakaan itu terjadi.
Karena kebijakan Uni Soviet, kisah ini tetap dirahasiakan hingga runtuhnya Uni Soviet. Sebenarnya Anatoli yang menjelaskan cerita itu. Anatoli Burgorski tidak hanya bertahan bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, tetapi dia juga hidup lebih lama (78 tahun) dari sinkrotron yang membantunya menjadi ilmuwan Fisika populer di Rusia.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR