Nationalgeographic.co.id—Tim ahli paleontologi internasional dari Inggris dan Uruguay telah menemukan fosil ikan purba Coelacanth di Inggris. Fosil tersebut adalah miliki spesies coelacanth mawsoniid misterius yang tumbuh sepanjang lebih dari 1 m.
Deskripsi lengkap temuan tersebut telah diterbitkan di Journal of Vertebrate Paleontology dengan judul "An enigmatic large mawsoniid coelacanth (Sarcopterygii, Actinistia) from the Upper Jurassic Kimmeridge Clay Formation of England."
Untuk diketahui, Coelacanth adalah sekelompok ikan bersirip lobus besar yang berkerabat dekat dengan tetrapoda. Mereka diperkirakan telah punah selama 66 juta tahun, sampai spesimen hidup pertama tertangkap secara kebetulan di Afrika Selatan pada tahun 1938.
Pada tahun 1998, 60 tahun setelah ditemukannya fosil hidup coelacanth di Afrika Selatan, seekor ikan coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara, bagian gugusan pulau yang membentuk Taman Nasional Bunaken.
Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindia dan pulau-pulau di Indonesia barat sejauh kurang-lebih 10.000 km.
Coelacanth adalah fosil hidup tersisa di muka Bumi. Mereka pertama kali muncul di zaman Devonian Awal, sedikit terdiversifikasi pada periode Devonian dan Karbon, dan mencapai keragaman maksimum pada Trias Awal.
Selama periode Cretaceous, coelacanth hanya dikenal oleh dua famili, Latimeriidae, yang bertahan sampai sekarang dengan genus Latimeria, dan Mawsoniidae, yang hidup dari periode Permian hingga Cretaceous.
Coelacanth Mawsoniid diwakili oleh sekitar 10 genera yang dikenal dari Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, dan Cina.
Tidak seperti anggota keluarga Latimeriidae, yang secara eksklusif hidup di laut, mawsoniida juga berasal dari lingkungan air tawar dan payau.
Beberapa spesies dalam genera Mawsonia dan Trachymetopon diketahui memiliki panjang melebihi 5 m, menjadikannya salah satu ikan bertulang terbesar yang pernah ada.
Source | : | Journal of Vertebrate Paleontology,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR