Perlakuan terhadap penduduk asli Mesir
Gagasan sistem hukum dua tingkat menyiratkan bahwa Ptolemaios mempromosikan kedudukan masyarakat yang tidak setara. Dan sebagian besar itu benar.
Tentu saja, penduduk asli Mesir lebih banyak daripada orang Yunani di Mesir. Tetapi orang Yunani mendominasi kelas aristokrat dan mereka melarang sebagian besar orang Mesir masuk ke dalamnya.
Salah satu metode yang dapat digunakan orang Mesir untuk maju adalah melalui dinas militer. Hibah tanah yang bisa ditanami sering kali merupakan hadiah di akhir masa jabatan seorang prajurit.
Jika seorang Mesir berambisi untuk masuk ke dalam birokrasi pemerintahan, pertama-tama dia harus belajar bahasa Yunani. Secara budaya, dia harus melebur dalam budaya Yunani hingga sedemikian rupa.
Namun, pada umumnya, orang Yunani secara terbuka diunggulkan dalam sistem administrasi dan hukum yang didirikan di bawah Ptolemaios.
Agama
Seperti kebanyakan budaya Mediterania pra-Kristen lainnya, tradisi agama Yunani dan Mesir bersifat cair. Agama membutuhkan sedikit pengabdian dari massa dan dimodifikasi untuk menyerap dewa-dewa baru.
Ptolemeus membawa semangat sinkretisme di Mesir kuno dengan memperkenalkan dewa-dewa hibrida baru. Yang paling utama adalah Serapis, dewa yang paling mewakili budaya Graeco-Mesir.
Ptolemeus I Soter menggunakan Serapis sebagai pemersatu yang hebat. Dia digambarkan sebagai orang Yunani dalam karakteristik fisiknya. Dan orang Yunani akan dengan mudah mengenalinya sebagai pengganti Zeus. Sementara itu, penduduk asli Mesir akan menghubungkannya dengan mitos Osiris dan Banteng Apis.
Serapis adalah pelindung ibu kota. Kompleks kuil megah yang disebut 'Serapaeums' didirikan untuk menghormatinya baik di Aleksandria maupun Memphis. Kedua tempat itu adalah kursi kerajaan dari dinasti baru dan lama.
Namun terlepas dari pengaruh budaya Yunani, Ptolemaios sama sekali tidak berusaha menghapus agama tradisional Mesir kuno. Sebaliknya, mereka memulihkan banyak kuil tua dan bahkan mendirikan yang baru.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR