"Kumpulan batu kolom tersebut sudah ditata orang pada masa lalu sebagai punden berundak (sekalipun kemudian terbengkalai) dan sekarang telah dirawat kembali dijadikan situs megalitik Gunung padang," tulis mereka.
Pada jenis batuan andesit ini ada yang tidak memiliki tanda-tanda dibuat oleh manusia. Sisi kolomnya retak dan terbelah secara alamiah.
Baca Juga: Sesar Baribis di Jakarta Selatan Aktif dan Bisa Sebabkan Gempa Besar
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Gunung Padang Sebagai Struktur Piramida Tertua di Dunia
Baca Juga: Gempa Cianjur Tergolong Sedang, 162 Orang Tewas: 'Kita Harus Belajar'
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Kenapa Gunung Api di Indonesia Sangat Berbahaya
Melansir Kompas.com Oktober 2014, Adjat Sudrajat, profesor di Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran menjelaskan, temuan batuan vulkanik sekitar Gunung Padang digunakan sebagai penyusun situs, membantah temuan sebelumnya. Pendapat sebelumnya, batuan yang dipakai oleh peradaban kuno dibawa dari luar lokasi, lalu disusun menjadi piramida.
"Batuan yang dihasilkan bisa batuan lepas atau padat. Di negara kita letusan akan menghasilkan andesit, dan tidak akan membentuk lava cair seperti produk gunung api di Hawai karena gunung api kita berada di jalur andesit," tuturnya.
Sutikno dan Billy menyimpulkan, Gunung Padang dan sekitarnya merupakan bagian dari Gunung api purba Karyamukti. Hasil sisa aktivitasnya membentuk satuan breksi gunung api, batuan yang salah satunya dipakai sebagai pembentuk situs oleh peradaban megalitik.
Banyak batuan bawah tanah pada akhirnya terangkat ke permukaan akibat proses geologis dari Sesar Cimandiri. Hasilnya begitu berserakan di permukaan, sampai akhirnya manusia mulai menatanya sebagai tempat pemujaan mereka.
Sebelum Lupa, Ini 8 Hal Terliar tentang Tubuh Manusia yang Diungkap Sains pada 2024
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR