Sementara itu, Mary dikirim ke tanah air ibunya untuk menerima pendidikan yang layak. Dia kembali pada usia 18 tahun, siap untuk mengambil istananya yang sah di atas takhta. Sayangnya, hal-hal tidak berjalan baik untuknya.
Mary menikah dengan sepupu tirinya Henry Stuart, Lord of Darnley pada tahun 1561. “Pernikahan ini ternyata sebuah kesalahan besar,” ungkap Mitchell. Darnley dengan cepat menjadi bosan menjadi raja pendamping. Ia menuntut untuk dijadikan rekan berdaulat, setara dengan Mary.
Mary mengadakan beberapa pertemuan untuk membahas bagaimana mengatasi suami yang bermasalah itu. Masalahnya teratasi dengan sendirinya pada tahun 1567, ketika Darnley dibunuh. Banyak yang percaya itu adalah salah satu sekutu politik Mary, Lord Bothwell, yang melakukan pembunuhan.
Kematian suaminya menjadi awal kehancuran Mary. Dia diculik oleh Lord Bothwell pada 24 April 1567. Mary kemudian menikahi tersangka pembunuh suaminya beberapa minggu kemudian pada 15 Mei. Dia percaya itu akan menjadi pernikahan yang populer secara politik.
Dia salah besar. Pernikahan itu justru mengakibatkan pemberontakan Skotlandia yang akhirnya memaksa Mary melarikan diri dari kerajaannya. Ia mendapatkan perlindungan dari sepupunya di Inggris, Ratu Elizabeth I. Alih-alih melindungi sepupunya, Elizabeth mengurung Mary selama 18 tahun ke depan. Pada akhirnya, Mary terikat pada rencana untuk membunuh Elizabeth dan dia dieksekusi pada tahun 1587, pada usia 44 tahun.
Alfonso XIII dari Spanyol
Dapat dikatakan bahwa Alfonso XIII dari Spanyol bersaing dengan Shapur II untuk memperebutkan gelar raja termuda. Sama seperti Shapur, ayah Alfonso meninggal tidak lama sebelum kelahirannya, dan diputuskan bahwa tahta akan diamankan sampai Alfonso lahir.
Alfonso XIII lahir di Istana Kerajaan Madrid pada 17 Mei 1886, enam bulan setelah kematian ayahnya. Begitu lahir, Alfonso langsung menjadi raja. Menurut cerita, Alfonso yang baru dilahirkan itu dibawa di atas nampan perak, bertemu dengan perdana menteri Spanyol, Praxedes Mateo Sagasta.
Alfonso kemudian harus menunggu sampai dia berusia 16 tahun sebelum dia benar-benar dapat mengambil alih kekuasaan. Sayangnya, pemerintahannya tidak sehebat pemerintahan Shapur.
Kekalahan Spanyol selama perang Maroko 1921 secara luas disalahkan atas intervensinya. Seiring waktu, pemerintahannya menjadi semakin tidak disukai oleh rakyat.
Ketika partai sosialis dan republik memenangkan parlemen Spanyol pada tahun 1931, mereka dengan cepat melawannya. Parlemen menuntut agar Alfonso turun tahta dan menghapus monarki. Sebaliknya, dia menolak untuk mundur dan melarikan diri dari negara itu, tidak pernah kembali. Monarki dihapuskan tanpa kehadirannya.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR