Nationalgeographic.co.id - Ratusan juta tahun cahaya jauhnya di galaksi nan jauh, sebuah bintang yang mengorbit lubang hitam supermasif sedang tercabik-cabik di bawah tarikan gravitasi lubang hitam yang sangat besar. Saat bintang tercabik-cabik, sisa-sisanya berubah menjadi aliran puing-puing yang menghujani lubang hitam untuk membentuk piringan material yang sangat panas dan sangat terang yang berputar-putar di sekitar lubang hitam. Piringan ini yang disebut sebagai piringan akresi.
Fenomena di mana sebuah bintang dihancurkan oleh lubang hitam supermasif dan memicu suar akresi bercahaya dikenal sebagai peristiwa gangguan pasang surut (TDE), dan diperkirakan bahwa TDE terjadi kira-kira sekali setiap 10.000 hingga 100.000 tahun di galaksi tertentu.
Dengan luminositas yang melebihi seluruh galaksi (miliaran kali lebih terang dari Matahari kita) untuk periode waktu yang singkat (berbulan-bulan hingga bertahun-tahun), peristiwa akresi memungkinkan ahli astrofisika mempelajari lubang hitam supermasif dari jarak kosmologis. Sehingga menyediakan jendela ke wilayah pusat dari galaksi yang diam—atau tidak aktif.
Dengan menyelidiki peristiwa "gravitasi kuat" ini, di mana teori relativitas umum Einstein sangat penting untuk menentukan bagaimana materi berperilaku, TDE menghasilkan informasi tentang salah satu lingkungan paling ekstrem di alam semesta: cakrawala peristiwa (titik tidak dapat kembali) dari lubang hitam.
TDE biasanya "sekali-dan-selesai" karena medan gravitasi ekstrem lubang hitam supermasif menghancurkan bintang. Ini berarti bahwa lubang hitam supermasif memudar kembali ke dalam kegelapan mengikuti suar akresi. Namun, dalam beberapa kasus, inti bintang dengan kepadatan tinggi dapat bertahan dari interaksi gravitasi dengan lubang hitam supermasif, memungkinkannya mengorbit lubang hitam lebih dari satu kali. Para peneliti menyebutnya TDE parsial berulang.
Sebuah tim fisikawan, termasuk penulis utama Thomas Wevers, Rekan dari European Southern Observatory, dan rekan penulis Eric Coughlin, asisten profesor fisika di Universitas Syracuse, dan Dheeraj R. "DJ" Pasham, ilmuwan riset di Institut Kavli untuk Astrofisika MIT dan Space Research, telah mengusulkan model untuk TDE parsial berulang.
Temuan mereka telah diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters dengan judul makalah “Live to Die Another Day: The Rebrightening of AT 2018fyk as a Repeating Partial Tidal Disruption Event.”
Makalah ini menggambarkan penangkapan bintang oleh lubang hitam supermasif, pengupasan materi setiap kali bintang mendekati lubang hitam, dan penundaan antara saat materi dilucuti dan saat dimakan lubang hitam lagi. Pekerjaan tim adalah yang pertama mengembangkan dan menggunakan model terperinci dari TDE parsial berulang untuk menjelaskan pengamatan, membuat prediksi tentang sifat orbit bintang di galaksi jauh, dan memahami proses gangguan pasang surut parsial.
Tim sedang mempelajari TDE yang dikenal sebagai AT2018fyk (AT singkatan dari “Astrophysical Transient''). Bintang itu ditangkap oleh lubang hitam supermasif melalui proses pertukaran yang dikenal sebagai "Hills capture," di mana bintang tersebut awalnya merupakan bagian dari sistem biner (dua bintang yang mengorbit satu sama lain di bawah gaya tarik gravitasi bersama) yang terkoyak oleh medan gravitasi dari lubang hitam. Bintang lain (yang tidak ditangkap) terlontar dari pusat galaksi dengan kecepatan yang sebanding dengan ~ 1.000 km/detik, yang dikenal sebagai bintang hypervelocity.
Baca Juga: Pecah Rekor, Sebuah Lubang Hitam Terdekat dengan Bumi Ditemukan
Baca Juga: Ada Lubang Hitam di Galaksi Kerdil yang Luput dari Pengamatan Kita
Source | : | Eurekalert |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR