Nationalgeographic.co.id—Dianggap sebagai “zaman keemasan” Tiongkok kuno, Era Dinasti Tang ditandai dengan stabilitas ekonomi, sosial, dan politiknya. Di era ini, budaya seni dan sastra yang berkembang, serta terjadi peningkatan interaksi dengan dunia luar. Pada puncak pemerintahan Tang, banyak kota di Tiongkok menjadi kota metropolitan kosmopolitan. Bahkan ibu kotanya, Chang’an, adalah rumah bagi lebih dari satu juta penduduk. Itu termasuk ekspatriat dari seluruh Asia Tengah dan sekitarnya. Seperti apa kehidupan di era dinasti Tang, yang disebut-sebut sebagai masa keemasan Tiongkok kuno? Mereka menerima dengan terbuka segala perbedaan. Terbuka terhadap perbedaan etnis dan budaya inilah membuat Dinasti Tang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok.
Dinasti Tang yang multietnis, bagaimana awal mulanya?
“Dinasti Tang ditakdirkan untuk menjadi periode kosmopolitanisme sejak awal,” ungkap Olivia Barrett di laman The Collector. Pendiri dinasti, Li Yuan (Kaisar Gaozu), berasal dari latar belakang multietnis yang membanggakan. Kaisar Tang pertama adalah bagian dari keluarga aristokrat utara. Ia kemungkinan besar berasal dari Hebei dan menikah dengan aristokrasi suku Xianbei.
Gaozu menerima dengan tangan terbuka beragam etnis dalam masyarakat Tang. Identitas etnis dan ras tampaknya tidak membatasi sejauh mana seseorang dapat naik ke puncak kekuasaan dan status.
Sejumlah besar elite Tiongkok non-Han beroperasi di tingkat tertinggi di setiap bidang pemerintahan Tang. Ini termasuk militer, perdagangan, dan pemerintahan.
Penerimaan itu mungkin membuat kita berpikir jika masyarakat Tang tidak membeda-bedakan orang berdasarkan ras atau etnis.
Namun sejarawan Marc Abramson berpendapat lain. Menurutnya, elite Tang Han sangat menyadari perbedaan etnis. Mereka secara terbuka membedakan diri dari etnis lain dan menyebut orang yang berbeda sebagai “bukan dari jenis kita”.
Orang Tionghoa Han menganggap asal-usul etnis, geografis, dan kelas sebagai hal yang sangat penting. Namun keyakinan ini tidak membuat mereka mengabaikan atau tidak memercayai pengaruh asing.
Orang asing dan etnis lainnya, pada kenyataannya, disambut dengan antusias. Mereka dianggap memiliki bakat dan keterampilan yang bermanfaat bagi kekaisaran. Dengan kata lain, itu dapat memperkaya budaya dan transfer berbagai keterampilan dalam berperang, teknologi, peternakan, dan hiburan.
“Tang tidak hanya mentolerir keragaman etnis, mereka menganggapnya penting untuk pembentukan kekaisaran yang kuat,” ungkap Barrett. Sikap terhadap perbedaan etnis dan budaya inilah yang menopang kesuksesan Dinasti Tang.
Kota Dinasti Tang
Ribuan orang asing datang untuk tinggal di kota-kota pusat komersial Tiongkok seperti Kanton dan Chang’an.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR