Masuknya agama asing
Agama-agama asing seperti Kristen Nestorian, Yudaisme, Islam, dan Zoroastrianisme semuanya dipraktikkan oleh penduduk asing Tang Cina. Menurut sejarawan Patricia Ebrey, praktik-praktik keagamaan ini tidak terintegrasi dengan baik ke dalam kehidupan orang Tiongkok. Namun kehadiran agama-agama asing ini dipandang sebagai bukti toleransi yang luar biasa.
Sebuah prasasti yang didirikan di Chang’an pada tahun 781 menjadi bukti nyata kehadiran agama asing di Tang. Prasasti tersebut mencatat fakta tentang Gereja Nestorian di Tiongkok.
Pengaruh budaya asing pada busana di era Dinasti Tang
Gaya Turki dan Iran memiliki dampak yang sangat besar pada mode Dinasti Tang. Ini menjadi semakin jelas pada abad ketujuh dan kedelapan, ketika para pencinta mode mengadopsi berbagai bentuk hiasan kepala Timur Tengah. Pada awal abad ketujuh para wanita bangsawan Tang memakai mi-li. Ini adalah kombinasi topi-kerudung yang menutupi wajah dan sebagian besar tubuh untuk memastikan anonimitas saat bepergian.
Baca Juga: Wu Zetian, Selir yang Menyingkirkan Kaisar dan Mengakhiri Dinasti Tang
Baca Juga: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Filosofi Taoisme asal Tiongkok?
Baca Juga: Pada Suatu Mi: Untaian Gastronomi dari Dinasti Tang sampai Majapahit
Baca Juga: Wei Zhongxian, Kasim Tiongkok yang Memiliki Kekuatan Setara Kaisar
Pada abad kedelapan, topi Turki menjadi keharusan. Wanita Tang berkeliling kota mereka dengan penutup kepala baru yang bergaya.
Di pertengahan periode Tang, terdapat lonjakan mode seperti penggunaan korset ketat dengan rok lipit yang disukai oleh wanita Iran. Gaya rambut dan tata rias yang eksotis seperti “sanggul Uighur” yang dikenakan oleh wanita di kekaisaran juga disukai.
Terdapat antusiasme besar terhadap budaya asing selama periode Tang awal hingga pertengahan. Barrett mengungkapkan, “Kaisar Taizong salah satunya dikenal karena kecintaannya pada budaya Turki.” Kaisar lebih suka berbicara bahasa Turki, mengenakan pakaian seorang Khan Turki, dan bahkan tinggal di tenda bergaya Turki yang didirikannya di halaman istana.
Namun harus diakui, terdapat ketegangan antaretnis namun efeknya tidak terlalu jelas.
Berkat keterbukaan pada etnis dan budaya asing, Dinasti Tang membawa Tiongkok ke era keemasannya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR