Lalu, mengapa harus pindah?
“Proses pemindahan kasepuhan ini dari waktu ke waktu terjadi saat perintah datang itu sesuai abad dan babadnya,” terang Kang Yoyo.
Abad adalah tahun berjalannya sedang babad adalah peristiwa kekiniannya.
“Misalnya, di babad ini gawai sampai ke kampung-kampung, artinya itu sudah sangat cukup merata di mana pun. Sehingga kemudian memudahkan komunikasi dengan dunia mana pun, juga sudah berada dalam genggaman tangan,” lanjutnya.
Salah satu ciri perpindahan kasepuhan itu ditandai pertanda alam yang cukup besar.
“Ada pandemik, itu sudah menjadi cukup penting bahwa kasepuhan akan ngalalakon. Karena pandemik begitu merebak, mendunia, menjadi pertanda alam yang cukup kuat,” terangnya lagi.
Selalu ada pertanda alam yang spesifik dan juga untuk mendukung misi visi kasepuhan.
“Nama kampung ini Gelar Alam, kita sendiri masih coba menerka-nerka, dalam arti bahwa jelasnya nanti kita mengetahui hal ini misi visi kasepuhan seperti apa ke depan, setelah tiga tahun kepindahannya,” Kang Yoyo melengkapi jawabannya.
Menunggu tiga tahun lagi itu adalah amanah dari Kepala adat Kasepuhan. Yoyo meminta tidak dipublikasikan dulu gambar-gambar yang diambil di kampung Gelar Alam.
“Tunggu tiga tahun lagi, kecuali gambar-gambar yang di ambil di dalam rumah saja,” begitu tandasnya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR