Nationalgeographic.co.id - Bagi dinasti-dinasti kekaisaran Tiongkok, menjaga ketertiban seringkali merupakan tugas paling penting. Pasalnya, kaisar dan pejabatnya terus-menerus diancam oleh perang dan pemberontakan.
Sistem hukum yang kompleks diciptakan untuk mengatur kekaisaran dan perilaku rakyatnya. Namun, tidak jarang, kaisar Tiongkok menciptakan aturan aneh agar ketertiban selalu terjaga.
Aturan yang melarang tiga orang berkumpul untuk minum-minum
Pada Dinasti Han (206 SM – 220 Masehi), minum-minum bersama teman bisa menimbulkan risiko. Undang-undang menyatakan bahwa jika tiga orang atau lebih berkumpul untuk minum, semua bisa didenda empat tael emas.
“Satu-satunya pengecualian adalah pertemuan seperti pernikahan, pemakaman, atau festival,” ungkap Sun Jiahui di laman The World of Chinese.
Banyak penguasa dan dinasti berusaha mengatur konsumsi alkohol. Salah satu alasannya karena pembuatan alkohol membutuhkan biji-bijian—beras, sorgum, atau jawawut—yang sering kali terbatas.
Penguasa juga khawatir warga yang mabuk bisa menjadi tidak tertib dan kejam sehingga mengganggu kedamaian.
Dalam Stratagems of the Warring States, Yu yang Agung menyatakan, “Di masa depan, pasti akan ada kerajaan yang hancur karena alkohol.”
Tinggi badan yang menentukan status seseorang di hadapan hukum
Di Tiongkok modern, anak di bawah umur di bawah 12 tahun tidak dapat memikul tanggung jawab pidana. Lain halnya dengan aturan di masa Dinasti Qin. Saat itu, tinggi badan yang menentukan status seseorang di hadapan hukum, alih-alih usia.
Menurut kode hukum “Delapan Belas Hukum Qin”, laki-laki di bawah enam chi delapan cun (sekitar 1,5 meter) dan wanita di bawah enam chi dua cun (1,43 meter) tidak dapat dihukum karena kejahatan.
Rupanya, ini karena sistem pendaftaran rumah tangga belum lengkap pada saat itu. Sehingga sering kali tidak mungkin memverifikasi usia seseorang. Sebaliknya, pemerintah menggunakan tinggi badan untuk menentukan kapan seseorang mencapai usia dewasa.
Selain itu, Qin Shi Huang, pendiri Dinasti Qin, tampaknya hanya mencapai tinggi 1,5 meter ketika dia berusia 22 tahun. Bisa jadi kaisar pertama itu percaya bahwa seseorang dianggap dewasa setelah mereka tumbuh lebih tinggi dari 1,5 meter.
Laki-laki Qin dilarang keras untuk menangis
“Seorang laki-laki dewasa yang hidup di masa Dinasti Qin harus ekstra hati-hati terhadap emosi,” kata Sun.
Hukum Qin melarang laki-laki menangis. Jika seorang laki-laki dewasa ditemukan meneteskan air mata, maka janggut dan alisnya akan dicukur sebagai hukuman.
Dinasti Qin terkenal dengan pemujaan "roh bela diri" dan tradisi prajurit, jadi mungkin menangis dipandang sebagai tanda kelemahan bagi laki-laki.
Hukuman pemotongan tangan bagi mereka yang membuang sampah di jalan
Menurut Han Fei Zi, hukum Shang menyerukan untuk memotong tangan seseorang jika tertangkap basah membuang sampah di jalan. Tampaknya, orang Tiongkok sudah memahami soal kebersihan dan membuang sampah yang benar sejak zaman kekaisaran.
Menghormati ikan mas
Di masa Dinasti Tang, berbicara tentang ikan mas dengan cara yang salah bisa membuat seseorang mendapat masalah besar.
Ikan mas memiliki pengucapan yang sama dengan nama keluarga kaisar Tang. Menurut The Miscellany of Youyang, ikan mas harus disebut sebagai “Tuan Ikan Mas Merah” untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kekaisaran.
Bahkan, mereka yang kebetulan menangkap ikan mas harus segera melepaskan ikannya. Ikan mas juga tidak boleh dimakan. “Bagi mereka yang menjual ikan mas akan dicambuk 60 kali,” tambah Sun.
Namun tampaknya ini hanya aturan belaka tanpa ada tindakan tegas bagi mereka yang melanggarnya. Sejumlah penyair Tang menulis tentang menangkap dan memakan ikan mas tanpa ada catatan hukuman.
Cara memegang ayam yang benar
Kaisar Renzong dari Dinasti Yuan (1206 – 1368) memiliki ide yang sama dengan para pendahulunya di Dinasti Tang. Sejarawan dinasti, Yuan Yang Yu, mencatat bahwa pada masa pemerintahan Renzong, orang-orang di ibu kota tidak diperbolehkan memegang ayam secara terbalik.
Pelanggar akan dihukum, mungkin karena lambang zodiak kaisar adalah ayam. Sehingga ayam pun harus diperlakukan dengan hormat di masa itu.
Menulis dengan rapi atau minum tinta sebagai gantinya
Selama Dinasti Sui (581 – 618), sistem ujian kekaisaran Tiongkok mulai terbentuk. Maka secara teoretis, siapa pun di negara itu bisa menjadi pejabat pemerintah. Namun meski seseorang gagal, selain tidak bisa menjadi pejabat, ia juga bisa mendapatkan hukuman. Apa sebabnya?
Undang-undang Sui menetapkan bahwa peserta ujian dengan tulisan tangan buruk akan dihukum dengan dipaksa minum satu sheng (sekitar 200 mililiter) tinta.
Baca Juga: Han Cheng, Kaisar Tingkok Kuno Mati Akibat Overdosis Obat Kuat
Baca Juga: Penguasa Tiongkok Mengeklaim Kekuasaannya Didasari Atas 'Mandat Surga'
Baca Juga: Berasal dari Tiongkok, Sejak Kapan Padi Mulai Dibudidayakan?
Karena jawaban ujian secara teori ditulis untuk kaisar, tulisan tangan yang buruk menunjukkan rasa tidak hormat kepada Putra Langit. “Meski dalam praktiknya para pejabat umumnya akan melakukan penilaian, peserta harus menuliskan jawabannya dengan rapi,” ungkap Sun.
Mempelajari surga adalah untuk kehidupan
Di zaman kuno, kaisar dikenal sebagai "Putra Surga". Pemerintah secara teratur memperkuat gagasan tentang hak Ilahi kaisar untuk memerintah. Ini dilakukan dengan membagikan kisah dan simbolisme yang tampaknya menunjukkan restu surga atas kebijakan kaisar.
Maka ilmu astronomi di masa itu sama dengan meramal masa depan kekaisaran dan penguasanya.
Sejak Dinasti Qin, pemerintah memiliki departemen khusus untuk mengamati fenomena langit dan menyusun kalender. Mereka memberikan nasihat berdasarkan posisi dan keinginan pengamatan surgawi.
Ketika Zhu Yuanzhang, kaisar pertama Ming, berkuasa, dia memutuskan bahwa undang-undang diperlukan untuk mengontrol "biro astronomi" kekaisaran dengan lebih ketat.
Yuanzhang mengumumkan peraturan yang mengikat semua pejabat di biro ke jabatan mereka. Para pejabat itu dilarang keras untuk pindah ke departemen lain.
Terlebih lagi, keturunan mereka juga terikat pada astronomi dan dilarang terlibat dalam bidang pekerjaan lain. “Hukuman karena mengabaikan hukum adalah pengasingan,” Sun menambahkan lagi.
Sejumlah aturan diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat demi ketertiban. Namun tidak jarang, seperangkat aturan aneh diciptakan demi terciptanya kedamaian dan ketertiban Tiongkok kuno.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR