Nationalgeographic.co.id—Menjadi Putra Langit, kaisar Tiongkok memiliki kekuasaan besar untuk menjalankan kekaisaran. Sebagian, menggunakan kekuasaan demi kemakmuran rakyat. Namum tidak jarang yang bertindak semena-mena dan absurd. Berikut beberapa kisah absurd dan menarik dari kepemimpinan kaisar Tiongkok.
Xuanzong, kaisar cakap yang mabuk kepayang dengan selirnya
Pemerintahan Xuanzong selama 43 tahun dianggap sebagai puncak dinasti Tang (618–907). “Ini adalah masa dalam sejarah Tiongkok yang terkenal dengan puisi indah dan budaya kosmopolitannya,” tulis Tristan Shaw di laman Listverse.
Namun kejayaan tidak bertahan selamanya. Paruh akhir pemerintahannya juga menandai awal penurunan Dinasti Tang.
Untuk sebagian besar waktunya di atas takhta, Xuanzong adalah penguasa yang sangat kompeten. Setelah menjadi kaisar pada tahun 712, Xuanzong memulai sejumlah reformasi yang berhasil. Ia membersihkan birokrasi kekaisaran yang membengkak dan melindungi perbatasan kekaisaran dengan baik.
Lalu apa yang membuat kepemimpinan Xuanzong mengalami penurunan?
Di tahun-tahun terakhirnya, minat Xuanzong dalam pemerintahan menurun. Dia menggunakan sebagian besar waktunya dengan selir Yang Guifei. Guifei menggunakan pengaruhnya yang kuat atas kaisar untuk kepentingan teman dan keluarganya. “Ia bahkan membantu sepupunya Yang Guozhong menjadi perdana Menteri,” tambah Shaw,
Putra angkatnya, An Lushan, bahkan diangkat menjadi gubernur militer. Namun ini menjadi awal dari berbagai bencana.
Pada tahun 755, An Lushan berselisih dengan Yang Guozhong dan melancarkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan Tang. Saat pemberontak mulai mendekati ibu kota Chang’an, Xuanzong dan Yang Guifei melarikan diri dari kota. Setelah berhenti di desa terpencil, Tentara Kekaisaran mogok dan menuntut agar kaisar mengeksekusi Yang Guifei dan sepupunya. Mereka menganggap jika keduanya berperan dalam menghasut pemberontakan An Lushan.
Menghadapi pemberontakan dari pasukannya sendiri, Xuanzong menyadari bahwa tidak ada jalan keluar selain membunuh selir kesayangannya. Catatan sejarah bervariasi tentang apa yang terjadi selanjutnya. Ada yang menyebutkan Guifei secara sukarela gantung diri atau dicekik sampai mati oleh seorang pejabat kekaisaran.
Xuanzong, hancur oleh kematian kekasihnya, kemudian menyerahkan tahtanya dan menyerahkan tugas menumpas pemberontakan An Lushan kepada putranya.
Kaisar Zhengde
Kaisar Zhengde, dikenal juga sebagai Wuzong, dikenang karena gaya hidupnya yang mewah dan mengejutkan. Dengan bantuan temannya Jiang Bin, Zhengde gemar menculik wanita.
Dalam satu insiden terkenal, setelah melawan pangeran pemberontak, Zhengde menculik perawan dan janda saat melintasi kota Yangzhou. “Jumlahnya tak terhitung,” tambah Shaw.
Seorang sejarawan berkata, “Kekerasannya membuat kota menjadi sangat panik sehingga keluarga mengambil pria muda mana pun yang tersedia untuk menikahi putri mereka.”
Zhengde menculik begitu banyak wanita sehingga tidak ada ruang di istana kekaisaran untuk menampung mereka semua.
Leopard Quarter-nya, istana kedua lengkap dengan kebun binatang, menjadi tempat bagi sang kaisar bejat untuk menghabiskan sebagian besar waktunya.
Pada musim gugur tahun 1520, ketika dia berusia 29 tahun, Zhengde jatuh sakit setelah jatuh dari perahu yang terbalik dan hampir tenggelam. Dia tidak pernah sembuh dari penyakitnya dan meninggal beberapa bulan kemudian.
Meski tidak memiliki banyak prestasi, kepribadian dan semangatnya dipuji oleh banyak penyair setelah kematiannya.
Kaisar Jiajing yang diserang para selir
Sementara banyak kaisar Tiongkok selamat dari upaya pembunuhan oleh anggota keluarga atau saingannya, Jiajing hampir dibunuh oleh para selirnya.
Kaisar Jiajing, penerus Zhengde, memerintah dari tahun 1521 hingga 1567. Tiongkok menikmati stabilitas yang luar biasa di bawah pemerintahannya yang lama. Namun Jiajing merupakan kaisar yang sangat kejam. Akibatnya, pada tahun 1542, sekelompok selir Jiajing memutuskan untuk mengakhiri tiraninya.
Saat Jiajing sedang tidur sendirian di kamar seorang selir, 18 selirnya yang lain tiba-tiba masuk dan menyergapnya. Mereka melilitkan tali sutra di lehernya dan mencoba mencekiknya. Kaisar akhirnya jatuh pingsan, namun berhasil selamat dari serangan itu. Pasalnya, para selir itu tidak dapat membuat simpul yang kencang di leher sang kaisar untuk membunuhnya.
Saat Jiajing terbaring tak sadarkan diri, Permaisuri Fang segera mengeksekusi semua konspirator di balik rencana pembunuhan itu.
Setelah pulih, Jiajing pindah dari istana kekaisaran dan mencoba-coba sihir Taois. 25 tahun berikutnya ia mengabaikan tugasnya untuk menghabiskan waktu dengan selir dan meminum ramuan ajaib.
Kaisar Taichang dan kematiannya yang misterius
Kematian Taichang dikatakan sebagai salah satu misteri terbesar dinasti tersebut. Ia adalah seorang kaisar era Ming yang memerintah selama kurang lebih sebulan pada tahun 1620.
Setelah naik tahta pada 28 Agustus tahun itu, Taichang tiba-tiba jatuh sakit beberapa hari kemudian. Dalam dua minggu, dia menjadi sangat lemah sehingga dia tidak bisa tidur atau berjalan.
Pada tanggal 25 September, Taichang sangat ingin mencoba apa pun. Li Keshao, pria yang direkomendasikan oleh pejabatnya, menyiapkan pil merah khusus untuk Taichang. Ajaibnya, kaisar mulai pulih setelah meminum pil Li. Dia bisa tidur lagi, dan nafsu makannya juga kembali.
Saat malam tiba, Taichang diberi pil lagi. Namun, dosis kedua gagal memperbaiki kondisinya, dan kaisar meninggal pada pagi hari.
“Kematian mendadak Taichang menyebabkan banyak kontroversi,” Shaw menambahkan. Beberapa berteriak tentang persekongkolan, menuduh Li dan pejabatnya telah berkomplot untuk membunuhnya. Tampaknya aneh jika Li, pria tanpa keahlian medis, diizinkan untuk memberikan pil merah misteriusnya kepada kaisar.
Segera terungkap bahwa Taichang diberi obat pencahar oleh seorang kasim saat dia mulai sakit. Ada juga desas-desus bahwa seorang selir tua ayahnya sengaja memperburuk kesehatannya. Zheng mengirim delapan pelayan istana untuk berhubungan seks dengannya sehingga membuat kesehatannya menurun.
Zheng, wanita istana yang ingin menjadi permaisuri, diduga telah berkomplot dengan wanita istana lain dan beberapa pejabat haus kekuasaan lainnya untuk menyingkirkan Taichang. Apakah Taichang meninggal karena meminum obat Li Keshao, entah sengaja atau tidak sengaja, tidak pernah diketahui hingga kini.
Wu Zetian, kaisar wanita yang ambisius
Selama lebih dari 2.000 tahun Tiongkok diperintah oleh kaisar, Wu Zetian adalah satu-satunya wanita yang pernah memegang gelar tersebut. Berawal dari seorang selir yang berasal dari keluarga rendahan, Wu menjadi permaisuri.
Ia dikabarkan telah membuat rencana untuk membunuh bayi perempuannya sendiri. Ketika bayinya baru berumur satu minggu, Wu mencekiknya. Ia melemparkan tuduhan pada istri Kaisar Gaozong, Permaisuri Wang. Karena Wang sering mengunjungi kamar bayi sendirian, tuduhan itu melekat dengan mudah dan dia digulingkan.
Pada tahun 655, meskipun ditentang di istana kekaisaran, Wu menggantikan Wang sebagai permaisuri. Tindakan pertamanya adalah menyingkirkan Wang dan seorang selir bernama Xiao. Sama seperti Wu, Xiao juga bertekad untuk menjadi permaisuri.
Tanpa belas kasihan, Wu mengeksekusi kedua wanita itu dengan memotong tangan dan kaki mereka. Tubuh saingannya kemudian dilemparkan ke dalam bak anggur, di mana mereka tersedak anggur dan tenggelam.
Wu menghabiskan beberapa dekade berikutnya untuk mengonsolidasikan kekuatannya dan memerintah di balik layar. Baru pada tahun 690, setelah Gaozong meninggal dan dia memaksa dua putranya turun tahta, Wu menjadi kaisar resmi Tiongkok.
Baca Juga: Kecantikan Harem Yang Guifei Jadi Awal Kejatuhan Dinasti Tang Tiongkok
Baca Juga: Aturan Aneh yang Dibuat oleh Kaisar Tiongkok untuk Menjaga Ketertiban
Baca Juga: Penguasa Tiongkok Mengeklaim Kekuasaannya Didasari Atas 'Mandat Surga'
Baca Juga: Mengapa Arkeolog Enggan Membuka Makam Kaisar Pertama Tiongkok?
Sejarawan mengkritiknya sebagai penguasa yang kejam, namun reputasinya meningkat akhir-akhir ini. Itu karena stabilitas pemerintahannya, reformasi ujian pegawai negeri, dan kebijakannya soal kotak saran nasional di mana rakyat diizinkan untuk mengkritik pejabat.
Tetap saja, sikap Wu yang kejam dan pasukan polisi rahasia membuatnya memiliki banyak musuh. Wu Zetian akhirnya dipaksa turun tahta setelah kudeta pada tahun 705 oleh salah satu putranya.
Sebagai Putra Langit, kaisar bebas melakukan apa saja. Namun, sebagai pemimpin, mereka diharapkan untuk memerintah demi kesejahteraan rakyat. Pada kenyataannya, tidak sedikit yang bertindak seenaknya sehingga meninggalkan kisah absurd dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok.
Source | : | listverse |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR