Nationalgeographic.co.id—"Nyai Dasima" merupakan sebuah novel yang cukup sohor karya Rahmat Ali yang dirilis pada tahun 2000. Sayang, persona dan penokohan Dasima yang dimunculkan dalam novel tersebut dikenang negatif.
Dasima digambarkan hidup di Buitenzorg lalu mengadu nasib hingga ke Batavia. Ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai gundik—perempuan simpanan orang Eropa di era Hindia Belanda—kepada seorang Inggris kaya bernama Edward Williams.
Williams digambarkan sebagai orang kepercayaan dari Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles. Bagaimana pun, gundik telah menjadi hal tabu sepanjang sejarah.Tak sedikit juga orang mengeklaim gundik sebagai "budak seks" orang-orang Eropa.
Di balik citra kelam perempuan-perempuan gundik di zaman kolonial, termasuk Dasima sebagai "nyai"-nya Williams, Sri Mariati melihatnya dari sudut pandang berbeda. Setidaknya, persona gundik itu tertutupi oleh kepribadian Dasima yang baik karena citra keelokannya.
Sri Mariati menulisnya dalam jurnal Semiotika berjudul Citra Perempuan dalam Novel Nyai Dasima Karya Rahmat Ali yang terbit pada tahun 2015. Di balik stigma negatif masyarakat zaman dahulu tentang gundik, Dasima memiliki sejumlah nilai positif dalam pribadinya.
Rahmat Ali memunculkan sosok Nyai Dasima dengan segala persona keindahannya, menyelamatkan citra gundik di zamannya.
Tak hanya kecantikan paras yang dimilikinya, Dasima juga adalah perempuan yang cantik juga dari dalam. Alih-alih menjadi baboe orang Eropa yang tersudut, ia malah jadi sosok yang disukai majikannya. Bukan Williams, tetapi istrinya.
Sri Mariati mengutip dalam novel Rahmat Ali, bahwa saat Bonnet (istri sah Edward Williams) jatuh dalam sakitnya, ia meminta kepada Williams jika kelak Bonnet wafat, ia ingin suaminya itu menikahi Dasima.
"Bonnet terkesan dengan sifat-sifat yang dimiliki Dasima, walaupun pembantu, dirasa cocok mendampingi suaminya yang kaya sebagai pemilik perkebunan yang luas," terusnya. Alhasil, hiduplah Dasima dengan Williams satu atap, banyak orang mengecapnya sebagai nyai dari Williams.
Namun demikian, dari banyak stigma miring tentang seorang nyai orang Eropa, Dasima tampak lain. Setelah tinggal menjadi kekasih Williams, dalam satu momen tertentu, Williams merasa asing dengan kegiatan Dasima. Ia merupakan seorang muslim yang taat.
Meski banyak di lingkungan Eropa beragama Nasrani, Dasima yang tumbuh di lingkungan Islam yang taat, mendorongnya selalu menjalankan salat dan mengaji saban waktu. Inilah yang kemudian menjadikannya seorang nyai yang sopan dan lembut kepada suaminya, sebagaimana adab seorang istri kepada suaminya.
Bagi kebanyakan orang, nyai tetaplah nyai, menjadi aib dan dipandang negatif oleh penduduk sekitar. Namun, dalam novel gubahan Rahmat Ali inilah, Dasima menempatkan dirinya sebagai seorang istri yang berbakti dari seorang Eropa bernama Edward Williams.
Meskipun demikian, bergaul dengan istri-istri Eropa tidaklah mudah. Istri-istri dari rekan-rekan Williams selalu memandang rendah sosok Dasima. Betapapun, Dasima dipandang pribumi yang tak layak menjadi pasangan dari seorang Inggris yang kaya raya.
Cemooh dari istri-istri bule itulah yang membuat telinga Dasima memerah. Saban pertemuan dengan mereka, secara terang-terangan, Dasima menjadi bahan olokan. Akibat dirundung ejekan, membuat Dasima tak kerasan, dan memutuskan untuk bercerai dengan Williams.
Baca Juga: Kisah Nyai Dasima di Batavia dan Hukuman Gantung bagi Pembunuhnya
Baca Juga: Maraknya Minat Wanita Menjadi 'Baboe' Eropa di Hindia Belanda
Baca Juga: Penyakit Kelamin Menjangkiti Kekuatan Militer Hindia Belanda
Baca Juga: Romantisme Kisah Nyai: Cinta Sejati Paul Verkerk dan Nyai Isah
Rahmat Ali menggunakan istilah "lepas" sebagaimana mereka tak pernah disebut menikah hingga tak layak dikatakan bercerai. Setelah lepas dari Edward Williams, ia akhirnya bertemu dengan Samiun yang kemudian dicintainya.
Membawa segenap perhiasan pemberian Williams, Dasima bukanlah perempuan yang sombong dan suka pamer harta. Ia yang tinggal kembali di lingkungan pribumi, tak pernah mengenakan perhiasan emas yang mahal dan mewah. Ia menyesuaikan dengan tampil apa adanya.
Termasuk setelah hatinya tertambat pada Samiun, ia dibawanya ke rumah Samiun. Tinggal bersama dengan kakak dan ibu dari Samiun, Dasima tampil selayaknya pribumi rendahan. Tak terlihat sebagaimana bekas nyai dari seorang Inggris yang kaya raya.
Kisahnya menjadi berbeda tatkala Samiun sebelumnya sudah memiliki istri sah, bernama Hayati. Samiun yang terlanjur kesengsem keayuan Dasima, menjadikannya sebagai istri muda. Konflik asmara mewarnai hidup Dasima.
Hayati yang cemburu, menyuruh Bang Puase untuk membunuh Dasima. Kematian tragis mengakhiri kisah Dasima yang malang. Meski sempat dikenal sebagai gundik, beberapa kisah positif telah menyelamatkan citra perempuan gundik dalam novel "Nyai Dasima."
Source | : | Jurnal SEMIOTIKA |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR