"Potensi penghematan ekonomi dan emisi yang dihitung oleh peneliti Manuel Pérez di bagian transportasi dihasilkan dari perbandingan pengeluaran antara opsi yang dipilih oleh pengguna dan alternatif yang diusulkan," tulis El Pais.
Baca Juga: Pengalaman WFH Ternyata Tidak Sama Pada Pasangan Suami Istri
Baca Juga: Bekerja Dari Rumah, Berikut Cara Mengatur Tim Agar Tetap Produktif
Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Sengaja Mempersulit Penggunaan Kendaraan Pribadi
Biaya setiap moda transportasi dihitung dari hasil efisiensi rata-rata kendaraan dari masing-masing teknologi (data dari MITRED, Odyssee-Mure, EEA) dan harga bahan bakar termasuk listrik (di pasar yang diatur). Ini dihitung sebagai rata-rata harganya selama enam bulan terakhir (MINCOTUR).
Adapun harga angkutan umum dihitung sesuai dengan potongan harga tiket angkutan kolektif (data hingga Juni 2023, MITMA).
Untuk perhitungan emisi kendaraan pribadi, ditentukan oleh faktor emisi dari bahan bakar yang digunakan (data dari MITRED, MITECO), dan faktor emisi dari moda publik (data dari IDAE).
Dari hasil perhitungan dan perbandingan ini, diketahui bahwa bekerja dari rumah (WFH) atau bekerja dari jarak jauh (teleworking) tiga hari sepekan lebih menghemat pengeluaran emisi ketimbang beralih ke mobil listrik untuk pergi ke tempat kerja.
Bekerja dari rumah atau teleworking tiga hari sepekan ini juga dinyatakan lebih menghemat tagihan energi ketimbang memakai moda transportasi umum ataupun naik mobil listrik.
Nilai penghematan energi dari WFH tiga hari sepekan ini adalah 246 euro per tahun atau sekitar Rp4 juta per tahun, dengan asumsi jika subjek atau pengguna biasanya menggunakan mobil berbahan bakar untuk pergi kerja.
Penghematan tagihan energi dari penggunaan angkutan umum hanya 172 euro per tahun (sekitar Rp2,8 juta per tahun). Adapun penghematan biaya energi dari penggunaan mobil listrik hanya 232 per tahun (Rp3,75 juta per tahun).
Source | : | El Pais,Change.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR