Meskipun seluruh Eropa berbalik melawan Prancis karena revolusi, Kesultanan Utsmaniyah tidak ikut campur. Kekaisaran memelihara hubungan persahabatan dengan Prancis.
Prancis menanggapi ini dengan mencoba menginvasi Mesir. Pada 1798, di bawah komando Napoleon Bonaparte, 500 kapal Prancis mendaratkan pasukan di Mesir. Tujuannya adalah untuk memotong jalan Inggris ke India. Bonaparte mematahkan perlawanan dan memasuki Kairo.
Ottoman membuat aliansi dengan Inggris Raya. Angkatan laut Inggris di bawah komando Laksamana Nelson menghancurkan angkatan laut Prancis di Abukir. Terdampar di Mesir, Bonaparte berbaris di Palestina dan Suriah dengan pasukannya.
Namun, pada 1799, dia mengalami kekalahan tak terduga melawan Jezzar Ahmed Pasha di depan Acre. Dia diam-diam melarikan diri dari Mesir. Prancis meninggalkan Mesir seluruhnya pada tahun 1801.
Dengan Perjanjian Paris tahun 1802, Inggris dan Prancis diberi hak untuk berdagang di Laut Hitam. Kembali ke negaranya dan merebut kekuasaan, Napoleon rukun dengan Ottoman dan membantu Sultan Selim III dalam melakukan pekerjaan reformasi.
Sementara itu, Wahhabi memberontak di Arab, dan mereka merebut Taif dan membantai orang-orangnya. Mereka memasuki Mekah pada tahun 1803. Gubernur Hijaz mengusir mereka dari kota itu. Belakangan, gubernur Mesir, Kavalalı Mehmed Ali Pasha, menumpas pemberontakan atas perintah Sultan Selim III.
Bagaimana The Dardanella disilangkan?
Di masa damai ini, Sultan Selim mulai melakukan reformasi. Pada 1805, unit militer modern didirikan di Anatolia. Ketika sampai di Rumelia, para tokoh di sana berkumpul di Edirne pada tahun 1806 dan menentang sultan. Ini disebut Insiden Edirne Kedua.
Sultan Selim mengutus gubernur Karaman, Kadi Abdurrahman Pasha, ke Rumelia dengan membawa 24.000 prajurit. Sebagian besar pemberontak berlutut.
Sejak 1797, pemberontakan mantan tentara bernama Pazvandoğlu telah terjadi di Rumelia. Bulgaria dan Serbia dikecam. Pada saat yang tepat ini, Serbia memberontak. Pemimpin pemberontakan, Karadjordje (George Petrovic), merebut Beograd pada tahun 1806.
Sementara itu, tentara Rusia yang terdiri dari 60.000 orang melintasi perbatasan untuk mendukung pemberontakan dan merebut Bessarabia dan Podolia.
Inggris Raya meminta pemerintah Ottoman untuk memutuskan hubungan politiknya dengan Prancis dan memperbarui aliansi mereka dengan mereka. Ketika permintaan ini tidak dipenuhi, 16 kapal Inggris melintasi Dardanella dan memasuki Laut Marmara pada tahun 1807, memanfaatkan kelemahan benteng.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR