Adalah tugas Qadi Istanbul untuk menentukan awal dan akhir Ramadan, serta tanggal "Lailatul Qadar."
Orang-orang yang diberi wewenang oleh Qadi biasanya mengamati bulan sabit, terutama di menara-menara. Setelah menyaksikan penampakan bulan sabit, mereka biasanya pergi ke Qadi bersama dengan saksi-saksi untuk penyelidikan formal.
Mereka yang melihat bulan sabit biasanya berkata, "Saya melihat bulan sabit pada jam sekian. Malam ini, menandai awal Ramadan. Saya sendiri yang menyaksikannya," dan ketika masalah ini diputuskan setelah kesaksian para saksi, maka bulan Ramadan akan dimulai.
Semua pekerjaan ini biasanya dilakukan secara rahasia, dengan sangat hati-hati untuk mencegah kemungkinan kebocoran.
Selama proses ini, para pembuat mahya (tulisan pesan Islam) akan mengumumkan awal Ramadan kepada orang-orang yang biasanya menunggu di luar pengadilan. Setelah penentuan awal Ramadan dengan cara ini, sultan akan diberitahu melalui kantor wazir agung atau perdana menteri.
Setelah mendapat persetujuan sultan, orang-orang akan diberitahu bahwa awal Ramadan telah ditentukan sesuai dengan "hükm-ü şeri" (hukum kanonik). Pembakaran lampu di menara-menara berarti pengumuman kepada masyarakat.
Ketika bulan sabit tidak dapat dilihat pada akhir bulan Sya'ban karena langit mendung, situasinya akan menjadi sedikit lebih rumit. Dalam kasus ini, Ramadan akan dimulai pada tanggal yang ditentukan oleh negara.
Dengan dimulainya bulan Ramadan, semua masjid dan tempat suci, terutama menara, biasanya akan diterangi.
Perdebatan tentang awal dan akhir
Dalam beberapa tahun, ada beberapa kejadian menarik yang terjadi terkait penentuan awal dan akhir Ramadan. Masalah muncul dalam penentuan awal Ramadan pada tahun 1812.
Dalam bukunya "Letaif-i Enderun," Hafız Hızır İlyas Ağa menceritakan kejadian tersebut sebagai berikut:
"Muncullah perdebatan tentang apakah bulan baru sudah terbit atau belum. Mereka yang berpuasa mengkritik mereka yang tidak berpuasa. Beberapa orang berkata, 'Tidak ada seorang pun di kota ini yang melihat hilal (bulan sabit). Orang-orang seperti Sofu Tiryaki Mehmed Ağa dari istana menghargai tembakau dan kopi di atas segalanya kecuali jika mereka melihat bulan sabit dengan mata kepala sendiri. Namun, ketika sehari kemudian ternyata Ramadan benar-benar dimulai pada hari itu, mereka berteriak 'Aduh!”
Sejarah Migrasi Manusia Modern di Indonesia Terungkap! Ada Perpindahan dari Papua ke Wallacea
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR