Nationalgeographic.co.id—Yang Guang (569—618) dikenal sebagai Kaisar Yang dari Dinasti Sui. Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, ia merupakan salah satu kaisar paling kontroversial. Sebagai kaisar berbakat, rasanya sulit dipercaya jika ia membawa kehancuran bagi dinastinya.
Yang Guang, pangeran berbakat dengan segudang prestasi
Ketika Yang Guang dilahirkan dalam keluarga bangsawan dari Kerajaan Utara Zhou; ayahnya, Yang Jian, bertugas sebagai jenderal dan kemudian bupati. Ibunya adalah Dugu Jialuo yang terkenal dan mulia.
Bertahun-tahun kemudian, ayahnya merebut takhta dan mendirikan Dinasti Sui.
Setelah itu, kakak laki-laki Guang, Yong menjadi putra mahkota, sementara Guang dinominasikan sebagai marsekal. Selama itu, sang pangeran memberikan kontribusi signifikan dalam mengalahkan kerajaan di Tiongkok selatan dan Kekhanan Turk.
Selain prestasi militernya, Yang Guang juga cukup tampan dan artistic. Lusinan puisinya yang luar biasa menunjukkan kepada dunia bakatnya.
Setelah Pangeran Yang Guang memimpin pasukan Sui dan mengalahkan kerajaan terbesar di selatan, dia tinggal di sana. Di selatan, Yang Guang mengatur wilayah dan mencoba yang terbaik untuk berbaur.
Dia menikahi seorang gadis bangsawan dari klan yang kuat di sana, keturunan Raja Xiao Yan. Pangeran itu juga berteman dengan banyak klan lokal yang kuat lainnya. Segera, orang-orang di selatan berhenti memberontak. Mereka pun menghormati Dinasti Sui sebagai kerajaan baru mereka.
Oleh karena itu, Yang Guang menjadi perwakilan dari kelas tuan tanah baru di selatan. Sedangkan kakak laki-lakinya, putra mahkota Yong, mewakili aristokrasi yang kuat dari utara.
Menjebak putra mahkota dan merebut takhta
Sebagai putra, Yang Guang mengetahui cara untuk menyenangkan orang tuanya yang luar biasa. Ayahnya, Yang Jian, Kaisar Wen dari Sui, menganjurkannya untuk berhemat dan hidup sederhana.
Jadi Yang Guang tidak pernah mengenakan pakaian atau perhiasan mewah. Ia pun selalu sopan dan sederhana. Bak langit dan bumi, kakak laki-lakinya, putra mahkota, justru menikmati gaya hidup mewah.
Ibu Yang Guang, Permaisuri Dugu, adalah seorang pemuja monogami yang tulus. Yang Guang juga hanya menghabiskan waktu bersama istrinya. Sebaliknya, kakaknya memiliki banyak anak dari selir dan menelantarkan istrinya sampai ia mati mendadak.
Yang Guang melakukan pekerjaan politik dengan cukup baik. Ia mencapai keberhasilan militer yang luar biasa dan secara konsisten menjebak kakak laki-lakinya di depan orang tua mereka.
Melihat perbedaan kedua putranya, kaisar dan permaisuri akhirnya membuang putra pertama mereka. Keduanya mencalonkan Yang Guang sebagai putra mahkota baru Dinasti Sui.
Setelah ayahnya meninggal, Yang Guang naik takhta dan memaksa kakak laki-lakinya untuk bunuh diri. “Ia naik takhta pada tahun 604,” tulis Grace Young di laman Britannica. Ia dikenal sebagai Kaisar Yang dari Dinasti Sui.
Saudara laki-laki dan keponakan Guang lainnya yang mungkin mengancam takhtanya dibunuh atau dihukum mati.
Mengganti sistem yang berusia ratusan tahun
Ayah Yang Guang meninggalkannya sebuah kekaisaran yang besar dan makmur dengan perbatasan yang stabil. Sementara itu, banyak klan yang kuat, terutama yang mendukung mendiang kakak laki-lakinya, Yong.
Sistem keluarga dominan telah terbentuk dalam kekacauan ratusan tahun sebelumnya sebelum Dinasti Sui ada. Para bangsawan itu masih memperoleh kekuatan tertinggi yang dapat mengembangkan atau menghancurkan kekaisaran. Dan ayah Yang Guang yang merebut takhta dari mantan raja adalah contoh suksesnya.
Oleh karena itu, Kaisar Yang mencoba yang terbaik untuk merebut kembali kekuasaan dari klan aristokrat tersebut.
Kaisar Yang menemukan sistem ujian kekaisaran yang terkenal. Sistem ini bertujuan untuk memilih pejabat berdasarkan bakat dan kemampuan mereka melalui tes yang relatif adil. Alih-alih dipilih berdasarkan asal usul keluarga mereka.
Meski belum sempurna di awal, sistem tersebut sangat menantang sistem keluarga dominan yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Kaisar Yang memulihkan banyak perguruan untuk memastikan lebih banyak orang dapat memperoleh pendidikan. Proyek yang dimulainya ketika masih seorang pangeran berlanjut tentang mengumpulkan dan melindungi buku-buku berharga.
Membangun proyek skala besar
Dalam satu dekade, Kaisar Yang juga membangun proyek besar-besaran yang melibatkan jutaan pekerja.
Dia memerintahkan untuk membangun dan memindahkan ibu kota Sui ke kota Luoyang. Keputusan yang diambilnya itu terbukti tepat untuk alasan politik, ekonomi, dan militer.
“Grand Canal (2.700km) dibangun, yang menghubungkan banyak tempat penting dari utara ke selatan Tiongkok,” tambah Young.
Sang kaisar memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi, transportasi, dan komunikasi.
Sementara itu, dia menerbitkan undang-undang baru yang menyempurnakan sistem politik. Sebagai pemimpin baru, Yang menghapus beberapa hukuman keras yang diterapkan di tahun-tahun terakhir ayahnya.
Bisa dikatakan, ia memiliki prestasi yang luar biasa.
Pemberontakan dan kehidupan warga sipil yang menyedihkan
Sayangnya, banyak kebijakan diterapkan secara terburu-buru dan serentak. Ini membawa kekacauan dan kehancuran bagi dinasti yang makmur itu.
Kaisar Yang memprakarsai beberapa perang selama masa pemerintahannya. Namun ia mengambil sejumlah keputusan gegabah yang merugikan dinasti. Oleh karena itu, beberapa perang memperluas wilayah kerajaannya. Sementara yang lain menyebabkan kerugian besar tentara dan harta.
Selain itu, ia membangun banyak proyek berskala besar yang bermanfaat bagi generasi berikutnya. Namun, bagi orang-orang yang hidup pada masanya, pekerjaan besar-besaran itu hanya membuang-buang sumber daya. Alhasil, proyek-proyek ambisiusnya pun menjadi bencana total. Puluhan ribu orang tewas dalam pekerjaan berat dan perang yang tak berkesudahan itu.
Kesalahan besar Kaisar Yang adalah mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru. Ia berusaha menyelesaikan pekerjaan ratusan tahun dalam waktu satu dekade.
Sebagai rakyat, mereka tidak bisa memahami impian kaisar. Alih-alih memiliki mimpi yang sama, rakyat justru menjalani kehidupan yang sengsara demi proyek-proyek besar kaisar. Akibatnya, banyak tentara pemberontak petani muncul dan tersebar luas dalam waktu singkat. Selain itu, pasukan dari beberapa klan aristokrat yang kuat juga ikut menambah masalah dinasti.
Pembunuhan Kaisar Yang jadi akhir Dinasti Sui
Kaisar Yang dan putra satu-satunya yang masih hidup dibunuh oleh seorang pengkhianat dari pasukannya. Ia dikuburkan dengan buruk di peti mati yang kasar oleh permaisurinya yang malang.
Pemberontakan itu menangkap permaisuri, satu-satunya cucu mereka, dan putri-putrinya. Mereka segera mereka melarikan diri ke Tujue, rezim yang pernah tunduk pada Dinasti Sui sebelumnya.
Bertahun-tahun kemudian, dinasti berikutnya mengalahkan Tujue dan membawa Permaisuri Yang Guang serta anggota keluarga lainnya kembali ke ibu kota.
Baca Juga: Shang Mereformasi Kekaisaran Tiongkok Dinasti Qin, Tapi Tewas Tragis
Baca Juga: Setelan Baju Batu Giok Abadi dari Makam Elite Dinasti Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Batu Nisan Berbentuk Kura-Kura di Makam Kaisar Tiongkok, Apa Maknanya?
Baca Juga: Wu Si, dari Budak Jadi Permaisuri Kekaisaran Tiongkok yang Berpengaruh
Salah satu putri cantik mantan kaisar Yang terpilih sebagai selir kekaisaran. Suaminya, Kaisar Li Shimin dari Dinasti Tang yang baru, memakamkan kembali Kaisar Yang menggunakan upacara kaisar.
Kaisar berbakat yang gagal
Sebagai anak kesayangan dari orang tuanya yang cerdas dan kuat, Kaisar Yang cerdas, perhatian, tampan, dan sopan.
Sebagai putra mahkota dari dinasti yang mulia, dia mencapai prestasi militer dan politik yang luar biasa.
Sebagai seorang cendekiawan berbakat, dia memberikan kontribusi yang signifikan pada sastra Tiongkok. Kaisar Yang mengumpulkan dan melestarikan buku-buku. Ia memberikan banyak kesempatan kepada orang-orang cerdas untuk dididik dan dipromosikan.
Sebagai seorang politikus, ia menerapkan banyak mimpi politik yang berwawasan dan bermanfaat. Harus diakui jika Kaisar Yang berhasil meraih prestasi yang luar biasa. Sebagian besar keputusan pentingnya sangat brilian, meskipun dengan waktu dan kecepatan yang sangat salah.
Namun, sebagai seorang kaisar yang seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan rakyat, ia gagal. Ironisnya, ambisi Kaisar Yang untuk memajukan Kekaisaran Tiongkok justru menjadi penyebab kejatuhan Dinasti Sui yang makmur.
Source | : | Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR