Nationalgeographic.co.id—Terletak di tempat yang terpencil, Meghalaya memiliki satu keunikan yang memikat wisatawan untuk berkunjung. Itu adalah jembatan akar hidup yang terkenal.
Akar pohon direntangkan dan dijalin sedemikian rupa sehingga membentuk jembatan gantung. Sebutannya, Jingkieng Jri. Warisan para leluhur ini diciptakan oleh kombinasi alam dan kreativitas manusia.
Meghalaya di India memiliki lebih dari 100 jembatan akar hidup yang tersebar di 70 desa. “Struktur hidup ini merupakan kombinasi kerja sama antara alam dan manusia,” tulis Amrit Dhillon di laman Guardian.
Ini adalah jenis jembatan gantung sederhana yang dibentuk dengan metode pembentukan pohon untuk membentuk akar tanaman hidup melintasi aliran atau sungai.
Setelah struktur bambu dibentangkan menyeberangi sungai, akar pohon dimanipulasi agar terjalin dengan bambu hingga menjadi jalinan yang kuat. Akar pohon karet (Ficus elastica) paling banyak digunakan untuk tujuan ini.
Akar dibiarkan tumbuh secara bertahap dan menguat seiring waktu. Pada tahap awal, hanya sekitar 15-20 orang yang bisa melintasi jembatan tersebut dalam sehari.
Seiring dengan berjalannya waktu, sekitar 50 orang atau lebih boleh menggunakannya. Konon, dibutuhkan waktu hingga 2 dekade untuk menyelesaikan jembatan akar hidup yang menakjubkan itu.
Di daerah terpencil seperti Meghalaya, yang dikenal sebagai “Kediaman Awan” dan rumah bagi “tempat terbasah di bumi” di Cherrapunji, pembangunan jalan tidak bisa dilakukan. Topografinya adalah hutan lebat yang memiliki air terjun, lereng curam, danau, dan sungai.
Jembatan akar hidup adalah satu-satunya cara orang di desa dapat menyeberangi sungai untuk mencapai sisi lain. Jembatan itu membantu penduduk agar bisa bertani, menjual hasil bumi, menjangkau dokter atau menyekolahkan anak.
Selama pemilihan umum, petugas yang menunggang kuda membawa kotak suara ke desa-desa terpencil. “Tidak memiliki cara lain untuk menjangkau pemilih selain jembatan alami ini,” tambah Dhillon.
Dikenal secara lokal sebagai Jingkieng Jri, beberapa jembatan bahkan bertingkat dua. Beberapa jembatan menjulang tinggi di atas lembah, sementara yang lain hanya beberapa meter di atas permukaan sungai.
Source | : | guardian,Indian Express |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR