Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa dampak matinya hewan akibat ditabrak di jalan (roadkill) lebih buruk dari yang diperkirakan. Beberapa populasi mamalia dapat mencapai 'titik kritis' akibat kasus ini.
Dengan jutaan hewan terbunuh di jalan setiap tahunnya, para ahli konservasi satwa liar di Nottingham Trent University ingin lebih memahami bagaimana populasi mamalia terpengaruh.
Tim peneliti menganalisis data dari studi sebelumnya yang mengeksplorasi kematian mamalia di 69 spesies dan 150 populasi hewan di seluruh dunia selama beberapa tahun.
Mereka menemukan bahwa, selain populasi liar yang melimpah, kendaraan juga bertanggung jawab atas kematian hewan-hewan yang digolongkan sebagai terancam, rentan, dan hampir punah.
Selain mamalia yang lebih kecil seperti landak, tupai, dan berang-berang, hewan berukuran sedang dan besar ternyata juga menjadi korban roadkill. Hewan-hewan lain termasuk monyet kera, beruang hitam, serigala, puma, rusa, babi hutan, wombat, bison, lynx, anteater, dan bahkan singa laut dan kuda nil juga ditemukan mati ditabrak kendaraan.
Roadkill ditemukan sebagai penyebab kematian paling umum di hampir sepertiga (28%) dari semua populasi yang diteliti. Faktor ini menempati posisi di atas penyebab seperti penyakit, perburuan, dan pemangsaan oleh hewan lain.
Selanjutnya, masing-masing 30% dan 32% dari semua populasi, mengalami kematian di jalan sebagai penyebab kematian terbesar kedua dan ketiga.
Studi baru ini menunjukkan bahwa di beberapa populasi hewan, hingga 80% dari semua kematian yang diketahui adalah akibat tabrakan dengan kendaraan.
Meski jumlah mentah hewan yang dibunuh telah dipublikasikan sebelumnya, para peneliti berpendapat bahwa ini hanya memberikan sedikit informasi tentang dampak roadkill pada populasi tertentu.
Mereka mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, tingkat roadkill yang tinggi tidak berdampak negatif pada populasi, khususnya untuk spesies dengan tingkat perkembangbiakan yang cepat atau yang tinggal di kawasan lindung. Namun di tempat lain bahkan tingkat roadkill yang rendah pada tingkat saat ini dapat mengarah ke titik angka kritis.
Spesies yang paling mungkin terbunuh di jalan adalah Tasmanian devil, oposum Virginia, quoll barat, wallaroo, serigala abu-abu, rubah abu-abu, rubah pulau San Clemente, beruang hitam Amerika, anjing liar Afrika, puma, dan tupai rubah.
Studi tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah (58%) dari semua kematian tupai rubah dalam populasi yang diteliti disebabkan oleh kendaraan, bersama dengan hampir setengah (46%) dari kematian oposum Virginia.
Spesies-speises yang kasus roadkillnya dianggap berada pada tingkat yang memprihatinkan bagi populasi lokal adalah lynx Iberia yang "terancam punah", Tasmania devil dan anjing liar Afrika, rubah pulau San Clemente yang "hampir terancam", dan giant anteater yang "rentan".
Untuk lynx Iberia di Spanyol, 59% dan 80% dari total kematian dalam dua populasi disebabkan oleh tabrakan kendaraan. Adapun 38% dan 48% populasi anjing liar Afrika dan rubah pulau San Clemente—keduanya dengan populasi yang menurun—terbunuh di jalan.
Dari 50 Tasmanian devil yang dilepaskan ke alam liar dari program penangkaran, 38% terbunuh di jalan. Sementara itu, tingkat pertumbuhan populasi giant anteater berkurang setengahnya karena tabrakan kendaraan.
Penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat roadkill saat ini beberapa populasi giant anteater kemungkinan besar akan punah dalam waktu sekitar sepuluh tahun.
Di banyak spesies, para peneliti juga menemukan kematian betina di jalan lebih umum daripada yang diyakini sebelumnya. Menurut mereka ini memprihatinkan karena kematian betina usia berkembang biak dapat berdampak lebih merusak pada kelangsungan hidup populasi daripada kematian jantan.
Hilangnya betina juga dapat menyebabkan kematian remaja yang tergantung melalui kelaparan atau "pembunuhan bayi", pembunuhan yang disengaja oleh jantan.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa mamalia dewasa secara signifikan dipengaruhi oleh roadkill, yang kemungkinan merupakan konsekuensi dari perilaku mamalia dewasa yang lebih sering berkeliaran untuk mencari pasangan dan makanan.
Ini juga mengkhawatirkan, kata para peneliti, karena perubahan dalam kelangsungan hidup mamalia dewasa dapat memiliki dampak terbesar pada populasi, terutama untuk spesies yang umur dewasanya panjang.
Kematian predator puncak seperti spesies rubah, puma, serigala, anjing liar, kucing hutan, dan anjing hutan juga dapat berdampak tidak langsung pada populasi lain karena kepentingan ekologisnya.
Para peneliti mengatakan dampak penuh dari roadkill mungkin bahkan lebih besar. Sebab, mungkin ada spesies lain yang menghadapi risiko besar terhadap populasinya tetapi belum pernah dipelajari sebelumnya.
Baca Juga: Melestarikan Satwa Liar Dapat Membantu Mengurangi Perubahan Iklim
Baca Juga: Hampir 500 Juta Hewan Mati Akibat Kebakaran Hutan di Australia, Koala Paling Menderita
Baca Juga: Eropa Dalang Kepunahan Populasi Katak, Indonesia Pemasok Terbesarnya
"Tingkat roadkill jauh lebih mengejutkan daripada yang kita bayangkan sebelumnya dan jelas bahwa itu terlibat dalam kemungkinan titik kritis bagi beberapa populasi liar," kata peneliti utama Lauren Moore dari School of Animal, Rural and Environmental Sciences di Nottingham Trent University seperti dikutip dari keterengan tertulis universitas tersebut.
Dia berkata, "Meskipun kadang-kadang jumlah mentah hewan yang terbunuh mungkin tampak relatif rendah, roadkill dapat secara langsung dan tidak langsung berkontribusi pada tingkat kematian melebihi jumlah reproduksi, sehingga membuat populasi rentan."
"Pengaruh jalan pada populasi hewan liar adalah salah satu masalah konservasi kontemporer yang paling mendesak dan dengan meningkatnya jaringan jalan secara global, kita perlu segera mengatasi hal ini," tegasnya.
"Mengukur dampak roadkill dengan cara ini penting untuk membantu memengaruhi manajemen dan keputusan perencanaan jalan, bersama dengan pekerjaan mitigasi di masa depan."
Silviu Petrovan, anggota penulis studi dan peneliti senior di University of Cambridge, mengatakan, "Kita semua melihat roadkill saat mengemudi, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, kematian ini dapat memiliki dampak yang sangat berbeda untuk spesies yang berbeda."
"Ini tersebar luas dan mempercepat masalah secara global tetapi untuk fokus terbaik pada solusi kita perlu lebih memahami populasi mana dan spesies mana yang paling berisiko dan menargetkannya."
Nida Al-Fulaij, Manajer Riset Konservasi di yayasan amal People's Trust for Endangered Species (PTES)—yang mendanai sebagian penelitian tersebut—mengatakan, "Studi ini menyoroti ancaman utama roadkill bagi populasi satwa liar dan kebutuhan mendesak untuk menemukan solusi yang aman. Pendanaan PTES mendukung penelitian dampak roadkill pada populasi giant anteater di Cerrado, Brasil."
"Dana PTES lebih lanjut sekarang mendukung penelitian langkah-langkah mitigasi, seperti desain jembatan satwa liar kritis untuk lutung emas di India, kukang di Jawa, dan hazel dormouse di Inggris."
Makalah hasil studi yang juga melibatkan University of Reading dan Cardiff University ini telah dipublikasikan di jurnal Biological Review.
Source | : | Nottingham Trent University |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR