Sementara banyak spesies hewan dapat memakan makanan beracun, hanya sebagian kecil darinya yang telah mengembangkan kemampuan untuk menyerap racun yang tertelan untuk keuntungan mereka sendiri.
Vertebrata beracun membawa berbagai jenis racun, beberapa di antaranya bisa mematikan, meski dalam jumlah kecil.
Salah satu contohnya adalah batrachotoxin alkaloid yang ditemukan pada burung beracun di Pulau Papua dan pada katak panah racun Neotropical dalam genus Phyllobates.
“Kami berhasil mengidentifikasi dua spesies baru burung beracun dalam perjalanan terakhir kami,” kata Knud Jønsson, seorang peneliti di Museum Sejarah Alam Denmark.
"Burung-burung ini mengandung racun saraf yang dapat mereka toleransi dan simpan di bulunya."
Dua spesies burung beracun yang baru adalah regent whistler (Pachycephala schlegelii) dan rufous-naped bellbird (Aleadryas rufinucha).
“Kami sangat terkejut menemukan burung-burung ini beracun karena tidak ada spesies burung beracun baru yang ditemukan selama lebih dari dua dekade,” kata Jønsson.
“Terutama, karena kedua spesies burung ini sangat umum di bagian dunia ini.”
Jønsson dan rekan-rekannya juga membandingkan enam spesies burung beracun dari New Guinea, termasuk dua spesies yang mereka temukan beracun dalam penelitian mereka, dengan 21 spesies burung tidak beracun milik superfamili Corvoidea.
Mereka berfokus pada adaptasi genom yang dapat memfasilitasi resistensi terhadap batrachotoxin yang didapat dari makanan pada burung beracun.
Mereka menemukan bahwa burung-burung ini membawa banyak mutasi pada gen SCN4A yang berada di bawah seleksi positif.
Source | : | Sci News,Molecular Ecology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR