Pada 1621, Mufti Agung menolak mengizinkan Osman II mencekik saudaranya. Tetapi hakim kepala Balkan bergegas untuk memberikan pendapat yang berlawanan, dan sang pangeran tetap dicekik.
Osman sendiri kemudian digulingkan oleh militer, yang harus melepaskan saudara laki-lakinya yang masih hidup dari kafe dengan menarik atapnya dan menyeretnya keluar dengan seutas tali. Pria malang itu telah dua hari tanpa makanan atau air dan mungkin terlalu gila untuk menyadari bahwa dia telah menjadi sultan.
Pembantaian
Secara keseluruhan, Ottoman adalah kerajaan yang agak toleran. Selain devsirme, mereka tidak melakukan upaya nyata untuk mengubah warga non-Muslim mereka dan menyambut orang-orang Yahudi dengan tangan terbuka setelah mereka diusir dari Spanyol.
Mereka tidak pernah mendiskriminasi rakyat jajahan mereka, dan kekaisaran praktis dijalankan oleh orang Albania dan Yunani. Tapi ketika Ottoman sendiri merasa terancam, mereka bisa berubah menjadi sangat buruk.
Selim I misalnya, sangat khawatir dengan Syiah, yang menyangkal otoritasnya sebagai pembela Islam dan bisa menjadi agen ganda untuk Persia. Akibatnya, dia berbaris melintasi timur kekaisaran, membantai setidaknya 40.000 Syiah dan mengusir lebih banyak lagi dari rumah mereka.
Ketika orang-orang Yunani pertama kali mulai mendesak kemerdekaan, orang-orang Utsmaniyah menyerahkan masalah kepada para laskar Albania mereka. Kemudian melakukan sejumlah pembantaian yang mengerikan.
Ketika kekaisaran menurun, ia kehilangan banyak toleransi lamanya, tumbuh semakin kejam terhadap minoritasnya. Pada abad ke-19, pembantaian menjadi semakin umum. Ini terkenal mencapai klimaksnya yang menakutkan pada tahun 1915 ketika kekaisaran hanya dua tahun setelah runtuh, mengatur pembantaian sebanyak 75 persen populasi Armenia.
Sekitar 1,5 juta orang tewas dalam Genosida Armenia, sebuah kekejaman yang masih ditolak sepenuhnya oleh Turki.
Pemerintah Ottoman memegang kekuasaan hidup dan mati atas rakyatnya, dan tidak takut untuk menggunakannya. Pengadilan pertama Istana Topkapi, tempat berkumpulnya para pembuat petisi dan pengunjung, adalah tempat yang menakutkan. Itu menampilkan dua pilar di mana kepala yang terpenggal dipajang dan air mancur khusus hanya untuk algojo untuk mencuci tangan.
Baca Juga: Gairah Sepak Bola di Kekaisaran Ottoman Lahir dari Bangsa Asing
Source | : | listverse,thought.co |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR