Benarkah Heraclius dikutuk karena melakukan pernikahan sedarah?
Tampaknya Heraclius memimpin kekaisaran di waktu yang salah. Masalah datang bertubi-tubi, seolah-olah Heraclius tidak memiliki cukup masalah untuk mempertahankan kekaisaran dari luar.
Saat ia berusaha mengatasi masalah dari luar, ada banyak intrik untuk menantang status quo dari dalam. Penyebab utama gangguan tampaknya adalah istri kedua sang kaisar sendiri, Martina. Selain berperan sebagai istri, Martina juga keponakan Heraclius.
Awalnya, pernikahan sedarah ini tidak dikritik oleh rakyat Bizantium karena keberhasilan Heraclius melawan Persia. Namun, masalah muncul. Tentara Arab menjarah satu demi satu kota Kristen. Ini membuat orang-orang mulai berbisik bahwa Tuhan telah meninggalkan Bizantium karena dosa kaisar mereka.
Fakta bahwa enam dari sembilan anak pasangan itu lahir cacat atau meninggal saat masih bayi seakan memperkuat pandangan rakyat. Mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak senang dengan tindakan Heraclius dan orang-oranglah yang pada akhirnya akan membayar semua itu.
Kaisar mengalami penderitaannya sendiri berupa penyakit yang membuatnya menua melebihi usianya. Heraclius meninggal pada Februari 641 dan dimakamkan di mausoleum kekaisaran di Gereja Rasul Suci di ibukotanya.
Setelah suaminya meninggal, Martina bersekongkol agar putranya sendiri, Heraklonas, dicalonkan sebagai kaisar berikutnya. Dalam hal ini, dia setengah berhasil ketika Heraklonas berbagi takhta dengan saudara tirinya Constantine III. Constantine III adalah putra Heraclius dan mendiang istri pertamanya, Eudokia.
Tapi Constantine meninggal karena TBC 3 bulan kemudian. Putra Martina menjadi kaisar tunggal. Martina menjadi wali kaisar dan mengangkat dirinya sebagai rekan kaisar.
Baca Juga: Penemuan Sandal Kuno Ungkap Tren Mode di Zaman Kekaisaran Bizantium
Baca Juga: Sederet Kebiasaan Aneh yang Dianggap Normal di Kekaisaran Bizantium
Baca Juga: Berkat Balap Kereta, Kekaisaran Bizantium Selamat dari Invasi Suku Hun
Baca Juga: Inilah Theodora, Pelacur yang Menjadi Permaisuri Hebat di Bizantium
Tidak lama kemudian, Bizantium kehilangan Aleksandria ke tangan orang Arab. Karena itu, ibu serta anak laki-laki yang tidak populer itu pun digulingkan. Raja baru, Valentinos Arsakuni memotong lidah Martina dan memotong hidung Heraklonas. Keduanya pun dibuang ke Rhodes. Mutilasi ini menandakan bahwa mereka tidak layak untuk memerintah. Sejak itu, mutilasi menjadi praktik yang umum dilakukan pada perselisihan suksesi selanjutnya.
Hanya beberapa bulan kemudian, putra Konstantinus III, Konstans II, menggulingkan Valentinos dan memerintah selama 27 tahun. Di masa pemerintahannya, Kekaisaran Bizantium semakin hancur dan kehilangan lebih banyak wilayah.
Tampaknya, Heraclius memimpin di waktu yang salah. Saat ia menduduki takhta Bizantium, kekaisaran dalam kondisi kacau balau. Rakyat yang menderita dan tak berdaya pun mencari kambing hitam. Mereka menganggap Heraclius dan Kekaisaran Bizantium dikutuk Tuhan akibat pernikahan sedarahnya. Akhirnya, rakyatlah yang harus menanggung akibatnya.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR