Para pengusaha Tiongkok yang datang berkunjung, yang dituduh memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan rakyat Mongolia, tidak berani lagi menjelajahi jalanan ibu kota di malam hari.
Mereka takut diserang oleh para pemuda yang mengenakan pakaian hitam dari kulit yang bertindak seakan-akan kerasukan Genghis Khan, yang kembali populer sebagai lambang kebanggaan Mongolia.
Citra Genghis yang dilarang pada masa Uni Soviet sekarang terlihat di mana-mana. Sosoknya menghiasi label vodka dan kartu remi sampai patung baja megah setinggi 40 meter yang menampilkan sang penakluk sedang menunggang kuda.
Patung itu menjulang dari stepa yang berjarak satu jam perjalanan ke arah timur UB untuk menyalurkan semua amarah dan kegeraman kepada Tiongkok.
Patung itu bukan satu-satunya yang memusatkan perhatian ke arah itu. Berdasarkan sejumlah besar perkiraan, di bumi Mongolia terkandung batu bara, tembaga, dan emas yang dapat ditambang senilai triliunan dolar. Sebagian besar terpusat di dekat perbatasan dengan Tiongkok di sekitar Oyu Tolgoi, atau Bukit Turquoise.
Baca Juga: Apakah Benar, Genghis Khan Meraih Kejayaan Berkat Cuaca?
Baca Juga: Membuka Yassa: Kitab Undang-Undang Genghis Khan yang Menakjubkan
Baca Juga: Subutai, Anak Pandai Besi yang Jadi Jenderal Terhebat Genghis Khan
Baca Juga: Arkeolog Identifikasi Kamp Musim Dingin Genghis Khan yang Hilang
Di situlah Ivanhoe Mines, perusahaan pertambangan raksasa Kanada, menambang deposit tembaga dan emas yang belum digarap dan yang terbesar di dunia. Mitranya adalah Rio Tinto, perusahaan Anglo-Australia, dan pemerintah Mongolia yang memiliki 34 persen saham proyek itu yang berpotensi mengalirkan miliaran dolar ke perekonomian nasional.
Namun, berapa banyak dari jumlah itu yang akan bermigrasi sejauh 550 kilometer ke utara dan memasuki dompet rakyat biasa seperti Ochkhuu? Ochkhuu yakin dia tidak akan pernah menerima uang itu.
Namun, untuk sementara ini, dia harus bekerja. Mula-mula, dia dan mitranya menyewa kamar hotel, lalu memasarkannya kepada para penghuni ger yang tidak memiliki air leding. Ia berharap mereka berminat menyewanya untuk mandi.
Hanya sedikit yang menerima tawarannya. Ochkhuu merugi lebih dari sekitar 1,7 juta rupiah dalam usaha tersebut. Kini ia berpikir untuk membeli mobil bekas dan menjadikannya taksi. Dia akan memerlukan pinjaman uang, tapi yakin bahwa ia akan sukses.
“Memang kami tidak bisa memelihara ternak di UB,” katanya melanjutkan. “Tetapi, ini tempat yang bagus untuk membesarkan anak-anak.”
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR