Pada peradaban yang lebih modern, Marco Polo memperkenalkan ginseng setelah perjalanannya ke Kekaisaran Tiongkok. Dia menyebutnya sebagai ramuan ajaib dan makanan penting bagi para pengembara dan orang Tartar.
Saat masa penjelajahan bermula di abad ke-15, perdagangan menuju Timur Jauh oleh orang Portugis seperti Vasco da Gama mengungkapkan ginseng. Pada 1610, orang Belanda juga membawa ginseng dari Jepang untuk dibawa ke Eropa.
Kabar tentang ginseng dilaporkan di koloni Belanda di Tanjung Harapan, Afrika Selatan pada masa ini juga. Rupanya, Johan Anthonis zoon van Riebeck (1619-1677), pendiri Cape Town, melaporkan adanya penggunaan herbal oleh suku lokal. Suku di Afrika Selatan membuat ramuan untuk membius otak yang berupa campiran opium dan ginseng.
Pada dekade berikutnya di abad ke-17, Raja Siam juga menghadiahkan akar ginseng kepada orang Eropa, saat berkunjung menemui Louis XIV. Raja Prancis itu memang dikenal sebagai orang yang doyan tanaman herbal untuk menyembuhkan kelemahan seksualnya.
Baca Juga: Hwarang, 'Kesatria Berbunga' yang Mematikan Sebelum Kekaisaran Korea
Baca Juga: Senjata Canggih Muslim Dipakai Mongol Menggempur Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Bagaimana Masa Depan Ribuan Jenis Tumbuhan Rempah Obat Indonesia?
Baca Juga: Obat Herbal Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Berasal Dari Manggis
Keberadaan ginseng di Amerika Utara baru diketahui pada abad ke-18 dan menjadi populer. Berbagai suku asli Amerika Utara tekah menggunakan tanaman P. quinquefolium. Penjelajah dan penjajah Barat mencatat keberadaannya, dan mulai membudidayakan di berbagai kebun raya di benua baru itu.
Namun, Korealah yang mendapat julukan negeri ginseng. Hal itu disebabkan permintaan pasokan ginseng begitu tinggi pada tahun 1900. Korea mulai memanfaatkan tanaman ini secara komersial, karena berbagai jenisnya tumbuh sebagai tanaman liar.
Sayangnya, tren itu berangsur-angsur menyusut di Korea, sering menipisnya tanaman liar ginseng.
"Itu menjadi tanaman dengan hasil tinggi bagi petani Amerika dan pedagang Eropa, yang sekarang lebih tertarik untuk mengekspornya ke China daripada mengimpornya," terang Potenza dan rekan-rekan. "Kemudian, setelah dirusak oleh beberapa uji klinis negatif, ginseng tiba-tiba didiskreditkan."
Source | : | Science Direct |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR