Nationalgeographic.co.id - Untuk sebuah studi baru, tim fisikawan merekrut sekitar 1.000 mahasiswa sarjana di University of Colorado Boulder untuk membantu menjawab salah satu pertanyaan paling abadi tentang matahari: Bagaimana atmosfer terluar bintang, atau "korona," menjadi begitu panas?
Penelitian ini mewakili prestasi analisis data yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya: Dari tahun 2020 hingga 2022, pasukan kecil yang sebagian besar terdiri dari siswa tahun pertama dan kedua memeriksa fisika lebih dari 600 jilatan api matahari nyata—letusan energi raksasa dari korona matahari yang bergolak.
Para peneliti, termasuk 995 mahasiswa sarjana dan pascasarjana, menerbitkan temuan mereka pada 9 Mei di The Astrophysical Journal. Hasilnya menunjukkan bahwa semburan matahari mungkin tidak bertanggung jawab untuk memanaskan korona matahari, seperti yang disarankan oleh teori populer dalam astrofisika.
"Kami benar-benar ingin menekankan kepada para siswa ini bahwa mereka sedang melakukan penelitian ilmiah yang sebenarnya," kata James Mason, penulis utama studi dan astrofisikawan di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins.
Anggota penulis studi Heather Lewandowski setuju, mencatat bahwa penelitian ini tidak akan mungkin terjadi tanpa mahasiswa yang menyumbangkan sekitar 56.000 jam kerja untuk proyek tersebut.
"Itu adalah upaya besar-besaran dari semua orang yang terlibat," kata Lewandowski, profesor fisika dan rekan JILA, sebuah lembaga penelitian bersama antara CU Boulder dan Institut Standar dan Teknologi Nasional (NIST).
Studi ini berfokus pada misteri yang bahkan membuat ahli astrofisika senior menggaruk-garuk kepala.
Pengamatan teleskop menunjukkan bahwa korona matahari mendesis pada suhu jutaan derajat celcius. Sebaliknya, permukaan matahari jauh lebih dingin, hanya mencapai ribuan derajat.
"Itu seperti berdiri tepat di depan api unggun, dan saat Anda mundur, itu menjadi jauh lebih panas," kata Mason. "Itu tidak masuk akal."
Beberapa ilmuwan menduga bahwa suar yang sangat kecil, atau "nanoflare", yang terlalu kecil untuk dilihat oleh teleskop tercanggih sekalipun, mungkin bertanggung jawab.
Jika peristiwa semacam itu ada, mereka mungkin muncul di matahari hampir secara konstan. Dan, menurut teori, mereka bisa menambahkan hingga membuat korona panas. Bayangkan merebus sepanci air menggunakan ribuan korek api.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR