Hingga pada akhirnya, pasukan barunya dibubarkan. Dia dipindahkan dan diturunkan beberapa kali sampai dia benar-benar sipil karena ide politiknya dan keinginan kuat untuk melawan.
Menghasilkan Karya di Balik Kekecewannya
Selama periode itu, Xin Qiji harus mengemasi pedangnya dengan kecewa. Sebaliknya, dia mengambil pena dan menulis banyak esai tentang pertempuran dan merebut kembali tanah yang hilang di Tiongkok utara, tetapi kelas penguasa tidak pernah menghargainya.
Kesedihan dan kekecewaan Xin Qiji membuat bagian kedua hidupnya tidak terpenuhi dan tanpa harapan. Namun, hal ini membuat Xin Qiji menghasilkan karya sastra yang hebat. Dia pun menjadi penyair Tiongkok yang hebat.
Dia menulis ratusan Ci atau jenis Puisi Tiongkok lainnya untuk menunjukkan cintanya pada negara dan rakyatnya.
Sebagian besar karya Ci-nya ambisius dan berani serta penuh kejantanan menyangkut ketentaraan, kemiliteran, medan perang, tanah air, dan integritas pribadi.
Selain itu, orang dapat melihat kehidupan militer Kekaisaran Tiongkok Dinasti Song yang sebenarnya dari mahakaryanya; hanya karya Ci Jenderal Yue Fei yang sama heroiknya dengan miliknya.
Impian Patriot Tulus yang Tidak Terpenuhi
Ketika Xin Qiji berusia 63 tahun, Kerajaan Song kembali merencanakan untuk berbaris ke utara dan merebut kembali tanah yang hilang. Dia senang dipanggil kembali dan dinominasikan untuk posisi penting.
Tetapi kemudian, dia menemukan bahwa tentara dipimpin oleh seorang komandan kepala yang tidak mampu, yang menggunakan reputasi Xin yang mengintimidasi tetapi tidak pernah mendengarkan sarannya. Oleh karena itu, ekspedisi utara itu berakhir dengan kegagalan.
Xin Qiji sangat kesal dan kecewa karena dia sudah tua, dan harapannya untuk melihat negara yang bersatu semakin memudar.
Baca Juga: Kisah Tragis Putri Duofu dari Dinasti Song Kekaisaran Tiongkok
Source | : | China Fetching |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR