Cut Nyak Dien tidak lama-lama bersedih dan terpuruk. Kematian suaminya membangkitkan semangatnya untuk angkat senjata dan melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Ia pun bersumpah untuk terus berjuang.
Selepas kematian Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh lainnya. Keduanya bersatu melawan Belanda.
Konon alasan mengapa Cut Nyak Dien menikahi Teuku Umar adalah karena ia ingin berjuang bersama dengan sang suami melawan Belanda. “Jadi tidak semata-mata untuk mendapatkan sosok kepala rumah tangga saja,” tambah Ideo.
Awalnya Cut Nyak Dien menolak pinangan Teuku Umar. Namun karena Teuku Umar memperbolehkan Cut Nyak Dien untuk melawan penjajah, pinangan pun diterima. Keduanya menikah pada tahun 1880.
Uniknya, pernikahan antara Cut Nyak Dien dan Teuku Umar turut mengobarkan semangat rakyat dan para pejuang Aceh lainnya.
Perjuangan Cut Nyak Dien, Teuku Umar, dan rakyat Aceh
Melihat semangat pejuang Aceh yang berkobar, Teuku Umar pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Ia pun menyusun rencana. Teuku Umar mencoba untuk mendekati Belanda dan mempererat hubungannya dengan Belanda. Pada tanggal 30 September 1893, ia dan pasukannya yang berjumlah sekitar 250 orang pergi ke Kutaraja. Mereka menyerahkan diri kepada kolonial Belanda.
Apakah Teuku Umar menyerah? Ternyata, strateginya adalah agar ia bisa mendapatkan kepercayaan dari Belanda. Belanda berhasil dikelabui dan bahkan memberi gelar pada Teuku Umar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan. Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.
Selain itu, Teuku Umar juga berpura-pura tunduk kepada Belanda demi mendapatkan pasokan persenjataan. Semua senjata itu mereka gunakan untuk menyerang penjajah. “Demi menipu Belanda, Teuku Umar rela disebut pengkhianat oleh rakyat Aceh dan pejuang lainnya,” imbuh Ideo.
Saat kekuasaan dan pengaruhnya cukup besar, Teuku Umar memanfaatkan momen itu untuk mengumpulkan orang Aceh di pasukannya. Ia kemudian menyampaikan rencana palsu ke tentara Belanda dan mengeklaim jika dirinya ingin menyerang basis Aceh.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR