Hingga saat ini, tablet-tablet masih terus ditemukan di Vindolanda. Birley mencatat bahwa yang pertama untuk tahun ini ditemukan pada bulan April. Ia memperkirakan akan ada ratusan lainnya dari penggalian selama musim panas.
Sebagian besar tablet ditulis dengan tinta di atas kayu, tetapi sekitar 400 di antaranya ditulis dengan stilus di atas lapisan lilin lebah di ceruk tablet.
Tablet-tablet ini biasanya ditemukan jauh di kedalaman tanah, di mana tanah yang lembab dan kurangnya oksigen mencegah kayu-kayu tersebut membusuk.
Sangat disayangkan, perubahan iklim turut mengancam situs Vindolanda beserta tablet-tabletnya–menjadi lebih kering dan kemudian lebih basah. Dengan kondisi tersebut, menurut Birley, berarti tablet-tablet yang belum ditemukan kemungkinan besar tidak akan bertahan di tahun-tahun mendatang.
Tablet Vindolanda mencakup hampir semua aspek kehidupan di benteng perbatasan Kekaisaran Romawi, termasuk urusan rumah tangga, surat kepada teman, dan permintaan cuti resmi.
"Menulis ada di mana-mana, terutama di dunia militer," kata Birley. "Sangatlah penting bagi orang-orang untuk belajar membaca dan menulis, untuk berkomunikasi dan beraktivitas."
Hal ini diperkuat dengan tempat para arkeolog menemukan tablet-tablet tersebut: bukan di area administratif yang terpusat, melainkan di sekeliling benteng dan tempat tinggal. "Di lantai, di dalam kamar-kamar penduduk, di mana-mana," kata Birley.
Tablet Vindolanda yang paling terkenal ditulis sekitar tahun 100 Masehi oleh seorang wanita bernama Claudia Severa, istri seorang komandan benteng.
Di dalamnya ia menyapa Sulpicia Lepidina, istri komandan kelompok di Vindolanda, dan mengundangnya ke sebuah pesta ulang tahun: "Aku akan menunggumu, saudariku," demikian bunyi surat itu. "Selamat tinggal, saudari yang kusayangi, semoga engkau sejahtera, dan salam sejahtera."
Ini adalah salah satu tulisan paling awal yang diketahui dalam bahasa Latin yang ditulis oleh seorang wanita.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR