Perwakilan kaisar menandatangani Perjanjian Ganghwa. Berdasarkan ketentuan Perjanjian Ganghwa, Kekaisaran Jepang mendapat akses ke lima pelabuhan Korea dan semua perairan Korea. Juga status perdagangan khusus dan hak ekstrateritorial bagi warga negara Jepang di Kekaisaran Korea. Ini berarti bahwa orang Jepang yang dituduh melakukan kejahatan di Korea hanya dapat diadili berdasarkan hukum Jepang. Mereka kebal terhadap hukum setempat.
Orang Korea sama sekali tidak memperoleh apa-apa dari Perjanjian Ganghwa. Ini menandai awal dari berakhirnya kemerdekaan Kekaisaran Korea. Terlepas dari upaya terbaik Ratu Min, Kekaisaran Jepang akan mendominasi Kekaisaran Korea hingga tahun 1945.
Insiden Imo
Pada periode setelah insiden Ganghwa, Ratu Min memelopori reorganisasi dan modernisasi militer Korea. Dia juga menjangkau Tiongkok, Rusia, dan kekuatan barat lainnya dengan harapan bisa melawan Jepang untuk melindungi kedaulatan Korea. Kekuatan besar lainnya dengan senang hati menandatangani perjanjian perdagangan yang tidak setara dengan Korea. Namun tidak ada yang berkomitmen untuk mempertahankan Kekaisaran dari ekspansionisme Jepang.
Pada tahun 1882, Ratu Min menghadapi pemberontakan oleh perwira militer tua. Mereka merasa terancam oleh reformasinya dan keterbukaan Korea terhadap kekuatan asing. Dikenal sebagai Insiden Imo, pemberontakan untuk sementara menggulingkan Gojong dan Min dari istana. Mereka mengembalikan Taewongun ke tampuk kekuasaan. Lusinan kerabat dan pendukung Ratu Min dieksekusi dan perwakilan asing diusir dari ibu kota.
Duta besar Kaisar Gojong untuk Tiongkok meminta bantuan dan 4.500 tentara Tiongkok kemudian berbaris ke Seoul dan menangkap Taewongun. Mereka membawanya ke Beijing untuk diadili karena pengkhianatan. Kaisar Gojong dan Ratu Min kembali ke Istana Gyeongbukgung dan membatalkan semua perintah Taewongun.
Tanpa sepengetahuan Ratu Min, duta besar Kekaisaran Jepang di Seoul mempersenjatai Gojong untuk menandatangani Perjanjian Jepang-Korea tahun 1882. Korea setuju untuk membayar ganti rugi atas nyawa dan harta benda Jepang yang hilang dalam Insiden Imo. “Juga mengizinkan pasukan Jepang masuk ke Seoul agar bisa menjaga Kedutaan Besar Jepang,” Szczepanski menambahkan.
Khawatir dengan pemaksaan baru ini, Ratu Min sekali lagi menjangkau Kekaisaran Tiongkok. Ia memberi mereka akses perdagangan ke pelabuhan yang masih tertutup ke Jepang. Sebagai imbalan, sang ratu meminta agar perwira Tiongkok dan Jerman memimpin pasukan modernnya.
Ia pun juga mengirim misi pencarian fakta ke Amerika Serikat, dipimpin oleh Min Yeong-ik dari klan Yeoheung Min-nya.
Pemberontakan Tonghak
Pada tahun 1894, para petani Korea dan pejabat desa bangkit melawan pemerintah Dinasti Joseon karena pajak yang tinggi. Seperti Pemberontakan Boxer di Tiongkok, Tonghak atau gerakan anti-asing. Salah satu slogan populer adalah susir orang kerdil Jepang dan orang barbar Barat.
Saat para pemberontak merebut kota dan berbaris menuju Seoul, Ratu Min mendesak suaminya untuk meminta bantuan Beijing. Kekaisaran Tiongkok menanggapi dengan mengirimkan hampir 2.500 tentara untuk memperkuat pertahanan Seoul. Jepang mengungkapkan kemarahannya atas "perampasan tanah" oleh Tiongkok ini. Mereka pun mengirim 4.500 tentara ke Incheon, sebagai protes pada Ratu Min dan Kaisar Gojong.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR