Sementara murid Plato yang paling terkenal, Aristoteles, terus memodifikasi konsep Daemon. Dia memberikan lebih banyak kekuatan kepada roh, mengklaim bahwa kebahagiaan dan karakter seseorang bergantung pada kualitas Dasmonnya.
Dengan cara ini, Daemon Aristoteles sangat mirip dengan "setan" masa kini, yang dapat merasuki manusia dan mengendalikan tindakan mereka.
Aristoteles meneruskan konsep Daemon posesifnya kepada Alexander Agung, salah satu muridnya. Ketika Alexander naik ke tampuk kekuasaan, dia mendorong rakyatnya untuk menyembah Dasmonnya, bukan memujanya.
Tradisi ini berlanjut hingga puncak kekaisaran Romawi, dengan Daemon yang mulia seperti "Augustus" didaur ulang di antara para pemimpin dan diagungkan oleh publik.
Daemon modern
Saat ini, Daemon sebagai makhluk mitologi Yunani sudah jarang dibicarakan oleh masyarakat. Mereka telah digantikan oleh konsep serupa, seperti hati nurani, malaikat pelindung, atau iblis.
Namun, makhluk tersebut masih populer di kalangan spiritual dan psikologis. Mereka dibahas dalam teks-teks Buddhis dan dalam tulisan-tulisan Carl Jung.
Sebagian besar sarjana saat ini telah kembali ke interpretasi Socrates tentang Daemon. Mereka percaya roh melambangkan kualitas yang dimiliki manusia, seperti kecerdasan dan moralitas kita, dan bahwa suara mereka hanyalah bagian dari diri kita.
Source | : | Mythology Source |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR