Keshogunan Tokugawa pada Zaman Edo
Hideyoshi mengasingkan klan besar Tokugawa dari daerah sekitar Kyoto ke wilayah Kanto di Jepang Timur.
qqPada tahun 1600, Tokugawa Ieyasu telah menaklukkan daimyo tetangga dari kubu bentengnya di Edo, yang suatu hari akan menjadi Tokyo.
Putra Ieyasu, Hidetada, menjadi shogun dari negara bersatu pada tahun 1605. Hasilnya, kedamaian dan stabilitas dirasakan oleh Kekaisaran Jepang selama 250 tahun.
Shogun Tokugawa yang kuat “menjinakkan” samurai. Tokugawa memaksa mereka untuk melayani tuan mereka di kota atau menyerahkan pedang dan pertanian. Ini mengubah para pejuang menjadi kelas birokrat yang berbudaya.
Restorasi Meiji dan akhir dari samurai
Pada tahun 1868, Restorasi Meiji menandai awal dari berakhirnya kelas samurai di Kekaisaran Jepang.
Sistem monarki konstitusional Meiji mencakup reformasi demokrasi seperti batasan masa jabatan pejabat publik dan pemungutan suara populer. Dengan dukungan publik, Kaisar Meiji menyingkirkan samurai, dan mengurangi kekuatan daimyo. Ia mengubah nama ibu kota dari Edo menjadi Tokyo.
Pemerintah Kekaisaran Jepang yang baru menciptakan tentara wajib militer pada tahun 1873. Beberapa petugas diambil dari pangkat mantan samurai, lebih banyak prajurit mendapatkan pekerjaan sebagai petugas polisi.
Pada tahun 1877, mantan samurai yang marah memberontak melawan Meiji dalam Pemberontakan Satsuma. Namun mereka harus menghadapi kalah dalam Pertempuran Shiroyama. Ini pun mengakhiri era samurai yang telah membentang selama 700 tahun di Kekaisaran Jepang.
Budaya dan senjata samurai
Budaya samurai didasarkan pada konsep bushido yang prinsip utamanya adalah kehormatan dan kebebasan dari rasa takut akan kematian. Seorang samurai secara hukum berhak menebas orang biasa yang gagal menghormatinya dengan benar.
Samurai dijiwai dengan semangat bushido. Seorang samurai diharapkan bertarung tanpa rasa takut dan mati dengan terhormat daripada menyerah dalam kekalahan.
Dari pengabaian kematian ini muncullah tradisi seppuku atau hara-kiri. Dalam tradisi ini, prajurit yang kalah—dan pejabat pemerintah yang dipermalukan—akan bunuh diri dengan hormat. Ini dilakukan denhan mengeluarkan isi perut mereka menggunakan pedang pendek.
Samurai awal adalah pemanah, bertarung dengan berjalan kaki atau menunggang kuda dengan busur yang sangat panjang (yumi). Mereka menggunakan pedang terutama untuk menghabisi musuh yang terluka.
Setelah invasi Mongol pada tahun 1272 dan 1281, para samurai mulai lebih banyak menggunakan pedang, tiang dengan bilah melengkung yang disebut naginata, dan tombak.
Prajurit samurai mengenakan dua pedang, katana dan wakizashi, yang dilarang digunakan oleh non-samurai pada akhir abad ke-16.
700 tahun mengukir sejarah Kekaisaran Jepang, samurai pun menghilang.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR