Saat musuh mulai melarikan diri, Masanari mengikutinya untuk mengejar. Dia mengejar sekitar 30 tentara dan memanggil mereka, “Saya salah satu dari kalian. Ayo mundur bersama!” Setelah berlari beberapa saat lebih jauh ke wilayah musuh, saudara laki-laki Masanari melihatnya dan bergabung dengannya. Petualangan ini berakhir dengan Hattori bersaudara mengambil kepala pemimpin musuh dan nyawa banyak pengikutnya.
Kemenangan datang ke sekutu Oda-Tokugawa.
Menghadapi “The Tiger of Kai”
Berikutnya adalah Pertempuran Mikatagahara. Pasukan Oda-Tokugawa menghadapi pasukan Takeda Shingen, “The Tiger of Kai”. Ia terkenal dengan kavalerinya dan hampir tak terkalahkan dalam pertempuran. Masanari kembali melakukan pembunuhan pertama, tetapi pasukan Tokugawa sangat menderita. Mereka kehilangan ribuan samurai karena tombak pasukan Kai.
Masanari dan tentaranya bertempur dengan gagah berani untuk mengawal Ieyasu ke tempat yang aman di Istana Hamamatsu. Meski terluka di salah satu lutut dan wajahnya, Masanari tak henti-hentinya melawan musuh di sepanjang jalan, melindungi tuannya.
Setelah kekalahan telak dari “The Tiger of Kai”, Masanari bertekad untuk meningkatkan moral pasukan samurai Ieyasu. Dia meninggalkan kastel sendirian dan menantang pemimpin pasukan pengejar untuk berduel dengan katana. Masanari kembali ke kastel sambil memegang kepala musuh. Pemandangan yang mengerikan ini berfungsi untuk menyemangati para prajurit bahwa kemenangan bisa diraih.
Atas keberaniannya dalam pertempuran, Ieyasu menghadiahinya dengan dua tombak yang luar biasa. Selanjutnya, Masanari diberi komando 150 orang dari Iga (Prefektur Mie), kubu ninja.
Dilema moral
Ketika putra tertua Ieyasu, Nobuyasu, tidak disukai dan dicurigai, ayahnya memerintahkan dia untuk melakukan seppuku. Samurai mengikuti ritual khusus yang berpuncak pada menusukkan pedang pendek ke perut mereka dan memotong, menyilang, lalu turun.Selain rasa sakit yang parah sehingga sulit untuk menyelesaikan ketiga pukulan pedang, cara ini tidak langsung membunuh samurai.
Untuk ini, mereka akan memiliki orang kedua di sampingnya. Orang kedua tersebut adalah samurai lain yang hadir, yang akan memenggal kepala mereka dengan satu sapuan katana tajam.
Masanari diperintahkan untuk menjadi yang kedua bagi Nobuyasu, suatu kehormatan tersendiri. Ketika dihadapkan pada pemandangan menyedihkan dari Nobuyasu yang sedang berlutut, putra tuan tercintanya, dia tidak bisa menggerakkan tangannya. Masanari membuang katananya dan jatuh ke lantai sambil menangis.
Ketika berita soal ketidaktaatan ini sampai ke telinga Ieyasu, dia terkekeh dan berkata, “Bahkan setan tidak bisa membunuh putra tuannya.” Alih-alih menimbulkan kemarahan, peristiwa ini malah semakin mengangkat harga diri Masanari di mata Ieyasu.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR