Nationalgeographic.co.id—Anda tentunya pernah pelesiran ke gunung dan laut. Pastinya juga, Anda pernah enggan berlibur di salah satu atau keduanya karena alasan suhu. Ketika ke gunung dengan kondisi tidak siap, setidaknya di dalam hati, mengeluh karena suhunya dingin. Hal yang sama ketika ke pantai, Anda akan mengeluh betapa panasnya suhu di sana.
Tentunya, tidak pernah terlewatkan juga dalam benak Anda, "mengapa gunung bisa lebih dingin daripada dataran rendah, sedangkan posisinya berada lebih dekat ke langit—tempat matahari berada?".
Jawabannya adalah karena tekanan udara berpengaruh pada suhu permukaan. Penjelasan sederhananya, udara mungkin tidak terlihat bentuknya di langit, tetapi di setiap tingginya punya kerapatan berbeda-beda.
Tengoklah pada ban kendaraan Anda. Ban akan lebih kuat ketika sudah dipenuhi dengan molekul udara. Molekulnya mengisi setiap ruang kosong yang ada pada ban. Ketika semakin penuh, ban akan mengembang karena disesaki oleh kerapatan molekul udara.
Pada saat ban sudah terisi penuh, kepadatan udaranya lebih tinggi daripada molekul di luar. Artinya, kerapatan udara di dalam ban tinggi daripada udara di sekitar.
Begitu juga dengan udara di sekitar kita. Mereka mengisi ruang-ruang kosong, berpindah dari tempat yang sudah padat. Ini juga yang memicu kenapa ada siklus cuaca, karena awan terbawa oleh angin bertekanan padat ke tempat-tempat tertentu, sampai akhirnya ada terjadi hujan lebat atau kondisi kering.
Tekanan udara itu bervariasi setiap harinya di permukaan Bumi. Perbedaan ini disebabkan, tidak semua permukaan Bumi sama panasnya. Ada juga pengaruh panas matahari yang tentunya berpengaruh pada arah penyebaran udara di seluruh belahan dunia.
Daerah dengan udara hangat, biasanya punya tekanan udaranya lebih rendah karena udara hangatnya naik ke atas (area sistem tekanan rendah). Begitu juga sebaliknya, pada tempat dengan udara dingin, biasanya punya tekanan udara lebih tinggi (area sistem tekanan tinggi).
Perbedaan ini, kemudian ditambah sifat udara yang bergerak mengisi perbedaan tekanan, menyebabkan berbagai siklus yang berpengaruh pada cuaca. Contohnya, siklus El Nino dan La Nina, serta dipol Samudra Hindia.
Perpindahan udara juga terpengaruh oleh gravitasi Bumi. Inilah yang menyebabkan udara punya tekanan di angkasa. Kita tidak terlalu merasakan tekanan ini, karena tubuh punya daya untuk mendorong tekanan yang jumlahnya sama.
Semakin jauh dari pusat bumi, gaya gravitasi semakin melemah. Tekanan udara pun berbeda-beda di setiap ketinggiannya. Di kawasan rendah, seperti pantai dan perkotaan, memiliki tekanan udara tinggi. Sebaliknya, di dataran tinggi seperti gunung dan perbukitan, tekanan udaranya rendah.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR